Jakarta, CNN Indonesia --
Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) ternyata bukan satu-satunya masalah yang harus dihadapi masyarakat, terutama Anda yang masih bergantung pada harga-harga murah, promo, sampai diskon besar-besaran.
Pasalnya, kini tarif angkutan daring atau ojol (ojek online) juga telah resmi naik, baik itu untuk tarif membawa penumpang atau pesan antar makanan. Rasanya seperti dihimpit dari mana-mana.
Kenaikan tarif ini tentu bikin pusing para anak kos yang jarang masak sendiri dan lebih sering pesan makanan pakai ojol.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Irfan, karyawan swasta yang berkantor di kawasan SCBD mengaku sangat tersiksa dengan kenaikan tarif ojol ini. Apalagi dia pakai jasa ojol ini bukan cuma untuk pesan makanan tapi kadang-kadang buat pindah lokasi juga.
"Makan tuh dua kali lah sehari pesen ojol, ini naik ya repot kita. Gaji bisa habis buat pesen makan doang," kata Irfan menyuarakan keluahannya saat berbincang dengan CNNIndonesia.com, Senin (12/9).
Himpitan harga yang membuat pusing ini kata Irfan tak sejalan dengan gaji yang dia dapat. Dia juga sempat berpikir untuk masak sendiri di kos. Tapi dia kesulitan mengatur waktu karena hidup di Jakarta semua rasanya berjalan terlalu cepat.
Belum lagi dia juga tidak punya skill masak yang mumpuni. Hanya bisa telur ceplok atau masak mi instan.
"Masuk kerja jam 8, mau masak buat sarapan dan makan siang udah ga keburu. Ya paling udah beli aja. Kalau mau murah ujung-ujungnya beli di warteg, tapi kan harga makanan warteg naik juga gara-gara BBM naik," keluhnya.
"Kalau naik mulu, enggak kawin-kawin deh saya," katanya menambah sesi curhatnya.
Kenaikan harga memang menambah daftar panjang himpitan ekonomi yang tentu saja tidak hanya menyiksa mereka yang masih lajang. Para ibu rumah tangga yang bergelut sambil mengasuh bayi sampai kadang tak sempat memasak juga terkena imbas.
Tidak ada kaum mendang-mending untuk urusan naik harga. Semua kena imbas, karena semua pasti pernah atau bahkan sering pakai jasa pesan antar makanan.
Emak-emak juga kena imbas
Para ibu rumah tangga ternyata banyak yang terkena imbas kenaikan ojol ini. Bayangkan, jika dalam satu hari mereka memesan makanan dua atau tiga kali, berapa kocek yang harus dikeluarkan. Tentunya bukan uang yang sedikit.
Perlu diketahui, saat ini tarif jasa batas bawah ojol ada di angka Rp 2.550 per km dan biaya jasa minimal dengan rentang biaya jasa per 4 km antara Rp 10.200-11.200. Tarif ini tentu belum ditambah biaya resto, pajak, sampai parkir yang kerap ditanggung penumpang.
Lisa Wardana salah satunya, ibu anak satu ini mengaku keberatan dengan tarif ojol yang naik. Daripada harus ikut pesan antar dengan harga yang dikatrol cukup tinggi, dia lebih memilih datang langsung ke resto tempat makanannya dijual.
"Karena kan harga yang tertera di ojol sudah dinaikkan dari harga tokonya kan. Ya sebetulnya memberatkan sih gak mempermudah untuk ibu rumah tangga kayak aku," kata Lisa.
Padahal menurut dia, jasa pesan antar makanan melalui ojek online ini memang sangat membantu. Apalagi dia memiliki batita (bayi usia di bawah tiga tahun) yang sedang aktif-aktifnya, terkadang dia bahkan tidak sempat memasak karena sibuk mengurus anak dan pekerjaan rumah lainnya.
Walau memang sulit, mau tidak mau Lisa pun berpikir untuk memasak sendiri. Menyetok makanan di kulkas rasanya lebih murah walau memang dia harus kerepotan sambil mengasuh anak.
"Padahal kalau tarif normal kan ngebantu banget ibu rumah tangga yang ada anak kecil yang susah buat beli ke tempatnya langsung juga suka kerepotan buat masak," katanya.
Hal serupa juga diungkap Devina Damarani. Bedanya, Devina mengaku kemungkinan menggunakan jasa ojek online untuk pesan antar makanan tetap dia lakukan walau memang cukup keberatan dengan kenaikan harga yang cukup signifikan itu.
Bedanya, pesan antar makanan saat ini mungkin lebih jarang jika dibandingkan dulu saat tarif ojol belum naik.
"Soalnya tetap butuh jasa antar makanan sih, karena kalau anak lagi rewel dan gak keburu masak mau gak mau tetap mesen," katanya.
Devina menyebut untuk menyiasati tarif yang mahal ini, dia mungkin akan lebih sering meminta bantuan suami untuk membeli makanan ke luar alih-alih sering pesan lewat jasa pesan antar.
Pasalnya, harga makanan yang tertera di aplikasi ojol dengan harga asli di resto biasanya naik lumayan tinggi. Belum lagi ada biaya resto, pajak dan parkir yang juga mesti ditanggung pembeli.
"Makanya untuk jarak yang masih dekat dan ada suami di rumah ya tetap mending dia yang jalan saja pakai motor buat beli," jelasnya.
Mau tidak mau, masyarakat baik itu para lajang maupun yang sudah berumah tangga memang akan kena imbas kenaikan harga. Tidak ada yang diuntungkan karena ternyata para pengemudi ojek online pun merasa kesulitan dengan kenaikan harga ini.
Salah satunya Darmin (43) pengemudi angkutan online di kawasan Jakarta yang kadang menarik penumpang atau kadang jadi jasa antar makanan. Kata dia, sejak harga BBM naik diikuti tarif ojol naik bisa dibilang penumpang pun makin lesu.
"Kita tuh nggak untung loh, ya kadang malah nggak nutup buat bensin sama makan. Belum lagi capeknya, belum lagi hujan, panas, ya cape banget tapi harus tetap dijalani," katanya.