Setelah Dirawat 2 Tahun 3 Bulan, Pasien Covid-19 di AS Meninggal

CNN Indonesia
Rabu, 14 Sep 2022 16:30 WIB
Seorang pasien Covid-19 asal Amerika meninggal dunia di usia 76 tahun setelah dirawat selama 850 hari atau 2 tahun 3 bulan.
Seorang pasien Covid-19 asal Amerika meninggal dunia di usia 76 tahun setelah dirawat selama 850 hari atau 2 tahun 3 bulan. (Courtesy of Albert Lewitinn)
Jakarta, CNN Indonesia --

Seorang pasien Covid-19 asal Amerika meninggal dunia di usia 76 tahun. Marc Lewitinn meninggal setelah menjalani perawatan selama 850 hari atau sekitar 2 tahun 3 bulan, dengan menggunakan ventilator atau alat bantu pernapasan. 

Dokter bahkan menyebut, kemungkinan besar Lewitinn adalah pasien Covid-19 terlama yang menggunakan alat bantu pernapasan sejak pandemi itu melanda pada 2020 lalu.

Melansir berbagai sumber, mulanya keluarga Lewitinn tetap menyuruhnya untuk tinggal di rumah sejak Covid-19 melanda. Hal ini dilakukan bukan hanya karena Lewitinn yang masuk dalam kategori rentan karena lansia, tapi dia juga merupakan penyintas kanker paru-paru dan stroke.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kedua penyakit ini bahkan membuatnya tidak dapat berbicara, dan para dokter telah memperingatkan bahwa orang tua dengan riwayat medis seperti dia sangat rentan terhadap virus.

Awalnya Lewitinn memang menuruti semua perintah untuk tetap berdiam di rumah, namun hal itu tak berselang lama. lewitinn pun merasa terkurung hingga akhirnya dia pergi sendiri ke salah satu gerai kopi terkenal di daerahnya yang memang cukup ramai.

Setelah kunjungan ke gerai kopi ini, Lewitinn merasa lesu dan hasil pemeriksaan oksimeternya menunjukkan tingkat oksigen darahnya hanya 85 persen. Lewitinn kemudian langsung dibawa ke UGD tepatnya di Weill Cornell Medicine yang berlokasi di Manhattan.

Malam itu, Lewitinn dinyatakan positif Covid-19 dan sebagaimana diberitakan New York Times, enam hari kemudian karena tingkat oksigen yang semakin menurun, dokter memutuskan untuk mengintubasinya dan Lewitinn pun koma.

Dokter sempat memberi tahu kemungkinan Lewitinn tak akan bertahan lama sejak dia terpapar Covid-19. Apalagi, di awal pandemi pasien Covid-19 terus meningkat dan banyak diantara mereka yang meninggal dunia padahal usianya jauh lebih muda dari Lewitinn.

"Di grup FaceTime, kami mendesak ayah saya untuk bertarung. Kami tidak mengucapkan selamat tinggal. Kami berkata, 'Teruslah berjuang, ayah, ayah akan baik-baik saja.'" kata Albert Lewitinn anak dari Marc Lewitinn.

Setelah beberapa hari berjuang, kondisinya membaik. Tetapi dia terlalu lemah untuk melepaskan ventilator sebagai alat bantu pernapasannya. Enam bulan kemudian dia juga sadar dari komanya dan pindah ke rumah sakit lain, lebih dekat ke rumahnya di New Jersey.

Setelah 850 hari menggunakan ventilator, Lewitinn meninggal karena serangan jantung pada 23 Juli di Palisades Medical Center di Bergen Utara. Dia berusia 76 tahun. Putranya Albert mengonfirmasi kematiannya.

Meskipun tidak ada statistik komprehensif terkait pasien yang bertahan lama dengan bantuan ventilator, para ahli medis mengatakan bahwa Lewitinn mungkin memegang rekor terlama. Literatur seputar pandemi mencatat beberapa pasien yang telah bertahan lebih dari tiga bulan, seorang pasien di Alabama menjadi berita utama pada 2021 ketika dia keluar dari respirator setelah 187 hari.

"Dia menjalani perjalanan yang panjang dan sulit," tulis Abraham Sanders, salah satu dokternya di Weill Cornell, dalam email. "Dia adalah pria yang kuat dan penerima manfaat dari perawatan medis yang canggih."

Murad Albert Lewitinn lahir pada 12 Maret 1946, dari keluarga Yahudi di Kairo. Setelah pindah dia mengubah nama Murad menjadi Marc.

(tst/chs)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER