Perseteruan si kembar Tasya dan Tasyi Athasyia memasuki babak baru. Kali ini Tasyi mengaku pernah keguguran. Pasalnya saat hamil Tasya dan ibunya meminta Tasyi melakukan diet ketat.
Hal ini diungkap oleh suami Tasyi, Syech Zaki Alatas dalam tayangan video YouTube yang diunggah Kamis (22/9).
"Kenapa anak pertamaku bisa meninggal? Karena tekanan keluarga untuk kak Tasyi yang terlalu berat dituntut untuk diet, untuk kurus, untuk menjaga fisik secara berlebihan," ujarnya dalam video tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
CNNIndonesia.com sudah meminta izin untuk mengutip video tersebut.
"Bisa saja," kata Ika Setyani, ahli gizi dari Asosiasi Dietesien Indonesia-Jakarta (ASDI Jakarta) kepada CNNIndonesia.com, Jumat (23/9).
"Karena diet itu sebenarnya seperti menghilangkan salah satu zat gizi yg dibutuhkan oleh bayi. Karena kehilangan zat gizi yang terus menerus ini akhirnya berefek pada bayi, entah bisa jadi cacat atau bahkan sampai keguguran."
Hanya saja kasus ini mungkin bisa terjadi pada diet yang terlalu ketat, sembarangan, dan tak terkontrol. Oleh karenanya, Ika sendiri mengungkapkan bahwa diet yang dibutuhkan setiap orang berbeda-beda.
Sebagai contoh, diet A belum tentu cocok dilakukan oleh B dan seterusnya, tergantung pada kondisi orang tersebut. Selain itu, diet untuk anak, remaja, dewasa, dan ibu hamil juga tentunya berbeda.
Pada dasarnya, kenaikan berat badan saat hamil adalah hal yang wajar. Namun, ibu hamil tetap harus mengontrol makanan yang dikonsumsi sehari-hari.
Keguguran bisa terjadi karena berbagai macam faktor. Melansir NHS, misalnya karena janin yang tidak tumbuh maksimal atau kondisi kesehatan ibu yang kurang baik. Bahkan keadaan emosi yang tidak stabil, misal stres, depresi hingga shock juga bisa menyebabkan keguguran.
Sebenarnya bukan karena diet yang bisa menyebabkan keguguran. Tetapi keracunan makanan yang disebabkan oleh makan makanan yang terkontaminasi dapat meningkatkan risiko keguguran.
Keracunan itu misalnya listeriosis. Hal ini bisa terjadi saat ibu hamil mengonsumsi produk susu yang tidak dipasteurisasi, misalnya keju biru. Ibu hamil juga bisa mengalami toksoplasmosis. Hal ini terjadi saat ibu hamil makan daging yang terinfeksi dalam bentuk mentah atau setengah matang.
Lihat Juga : |
Sebuah penelitian yang diterbitkan di NCBI dengan judul Prepregnancy dietary patterns and risk of pregnancy loss juga mengungkap, diet tidak bisa dikaitkan dengan risiko keguguran yang dialami ibu hamil.
Penelitian itu melibatkan 15.950 kehamilan yang dilaporkan oleh 11.072 wanita dalam Nurses' Health Study II antara tahun 1992 dan 2009. Ada tiga jenis diet yang diukur yakni diet makan sehat sebelum hamil, diet mediterania alternatif, dan diet kesuburan.
Diet dinilai setiap 4 tahun mulai tahun 1991 dengan menggunakan kuesioner frekuensi makanan yang divalidasi.
Setelah dilakukan penelitian, hasilnya tidak satu pun dari 3 pola diet dikaitkan dengan risiko keguguran.
(tst/chs)