![]() |
Berlokasi di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, museum ini merupakan rumah bagi pejabat Belanda yang akhirnya dihuni oleh keluarga Letjen Ahmad Yani sejak 1958 yang kala itu menjabat sebagai Menteri/Panglima Angkatan Darat RI.
Sebelum menjadi museum sejarah, rumah ini menjadi saksi bisu penculikan dirinya saat peristiwa G30S.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Museum Sasmita Loka Ahmad Yani kini menyimpan barang-barang peninggalan sang jenderal. Seragam dan tanda kehormatan Ahmad Yani pun masih tersimpan rapi.
Kemudian di ruang tengah, terdapat sebuah plakat yang menandakan tempat Ahmad Yani jatuh tersungkur setelah diberondong peluru oleh pasukan Tjakrabirawa. Bahkan, pintu rumah yang berlubang-lubang karena tertembus timah panas masih dipertahankan.
Masih di kawasan Menteng, ada pula Museum Jenderal Besar Dr. A.H. Nasution yang juga dibangun dari rumah peninggalannya.
Jenderal Besar DR. Abdul Haris Nasution gagal diculik pada peristiwa G30S, namun putrinya yang kala itu berusia lima tahun yakni Ade Irma Suryani Nasution dan ajudannya Kapten Anumerta Pierre Andreas Tendean gugur dalam peristiwa berdarah yang terjadi pada 30 September 1965.
Barang-barang pribadi milik sang jenderal, seperti perabotan, pakaian, dan koleksi buku dipamerkan di Museum Jenderal Besar Dr. A.H. Nasution.
Selain itu, ada juga diorama lengkap peristiwa penyerangan yang terjadi di rumah Jenderal Nasution, mulai dari penyerangan di kamar tidurnya hingga diorama sang jenderal yang mencoba kabur dari kejaran pasukan Tjakrabirawa dengan melompati tembok setinggi kirang lebih dua setengah meter.
Seluruh jenazah pahlawan revolusi dalam peristiwa G30S dikuburkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) di Kalibata, Jakarta Selatan. Jika kamu ingin berziarah ke makam para pahlawan revolusi juga diperbolehkan.
Taman Makam Pahlawan menjadi peristirahatan terakhir untuk para pahlawan dan tokoh-tokoh yang dianggap telah berjasa untuk bangsa Indonesia. Kamu tidak perlu berstatus keluarga atau saudara untuk bisa berziarah ke tempat ini.
(lna/wiw)