Industri fesyen yang ditaksir senilai 3 triliun dolar Amerika dibangun dari selembar kain, yang ditenun dari pada seutas benang yang dipilin dari berbagai macam material berbeda: serat katun, kepompong sutera, wol, poliester, dll.
Ratusan desainer menciptakan beribu-ribu variasi desain dan bentuk kain, menjadikan industri fesyen sebuah industri kreatif yang memiliki potensi seakan tanpa batas.
Namun apa jadinya jika kain tak lagi dibuat secara konvensional, dan panjang gaun atau lebar bahu bukan lagi penanda pergantian era seperti sebelumnya?
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Beberapa desainer bereksperimen menciptakan garmen dengan material nonkonvensional. Karl Lagerfeld pernah membuat koleksi Chanel haute couture dengan teknologi laser sintering, yang memungkinkan pakaian dibuat tanpa jahitan.
Ada juga Iris van Herpen, couturier asal Belanda yang menggunakan berbagai macam medium non-tekstil untuk koleksinya yang terinspirasi dari berbagai macam hal, mulai dari air dengan bentuknya yang selalu berubah hingga gelombang elektromagnetik.
Yang terkini, dan tak kalah revolusioner, adalah terobosan jenama Coperni.
Label asal Paris bentukan Sebastian Meyer dan Arnaud Vaillant ini bekerja sama dengan Fabrican Ltd., sebuah perusahaan yang bergerak di bidang eksperimen material dan iptek terapan.
Fabrican menciptakan teknologi Spray-on-fabric, sebuah metode untuk menciptakan kain. Alih-alih hasil dari tenunan benang, kain dibuat dari filament cair yang mengering seketika saat terkena permukaan apa pun --bahkan termasuk cairan lainnya-- untuk membuat lapisan kain non-anyaman.
Teknologi terbaru ini pun sukses jadi bahan perbincangan setelah ditunjukkan dalam hari terakhir Coperni Spring 2023 Show. Bella Hadid tampil di panggung dengan menggunakan pakaian dalam saja, kemudian "mengenakan" material Fabrican dengan dua desainer menyemprotkan busa pada tubuhnya.
Tak lama kemudian, Bella pun tampil anggung dan melenggang di catwalk mengenakan material tersebut.
Teknik ini dapat digunakan untuk membuat pakaian inovatif yang dapat dicuci, dipakai kembali, dan bahkan terintegrasi dengan perangkat diagnostik yang dapat memantau kesehatan para pemakainya.
Teknologi ini terdiri dari serat pendek yang diikat bersama dengan polimer dan biopolimer, dan pelarut yang lebih ramah lingkungan yang membuat kain bisa berbentuk cair. Pelarut ini kemudian menguap ketika semprotan mencapai permukaan, sehingga voila tersisa kain saat cairan disemprotkan.
Tekstur kain bahkan dapat diubah sesuai dengan jenis serat (sintetis dan alami, seperti kapas, linen, poliester atau nilon daur ulang) dan pengikat yang digunakan, dan bagaimana semprotannya diterapkan.
Teknologi ini sudah dipakai di banyak aplikasi lain, misalnya, di bidang medis. Semprotan perban steril dapat diterapkan pada kulit yang terbakar tanpa memberikan tekanan apa pun; pengantar obat patch dapat melepaskan obat langsung ke tubuh pada tingkat yang optimal, serta, gips plester yang ringan dan tahan air.
Teknologi ini digadang-gadang akan jadi terobosan yang revolusioner karena dapat mengurangi sampah hasil dari sisa produksi garmen.
Hanya saja, Fabrican Ltd masih punya tantangan yang harus ditaklukkan: bagaimana membawa teknologi ini untuk produksi masal.
(vws/vws)