Potensi Wisata Pulau Pasir di Balik Sengketa Indonesia-Australia

Pulau Pasir yang berada di selatan Nusa Tenggara Timur (NTT) menjadi wilayah sengketa antara Indonesia-Australia. Warga adat Laut Timor mengancam siap menuntut Canberra mengenai klaim atas pulau tersebut.

Sesungguhnya sengketa atas Gugusan Pulau Pasir sudah terjadi sejak 1974 dalam penandatanganan nota kesepahaman (MoU) soal batas wilayah teritorial. Kala itu Australia cepat-cepat mengklaim Gugusan Pulau Pasir sebagai milik mereka.

Sampai sekarang Pulau Pasir masih menjadi sengketa, mengingat perjanjian sejak 1974 itu belum pernah diratifikasi kembali oleh Indonesia dan Australia. Gugusan Pulau Pasir sendiri dianggap menyimpan potensi oleh Pemegang amanat hak ulayat masyarakat hukum adat di Laut Timor, Ferdi Tanoni.

Menurut Ferdi, potensi kawasan itu berpeluang meningkatkan pendapatan daerah dan negara, berdasarkan potensinya yang besar. Gugusan Pulau Pasir memang memiliki keanekaragaman hayati.

Berdasarkan Geoscience Australia, salah satu gugus Pulau Pasir yang disebut Australia sebagai Ashmore Reef punya keanekaragaman spesias dan habitat yang melimpah antara lain, 70 jenis ikan yang terindentifikasi di daerah tersebut, 255 jenis terumbu karang, 433 jenis moluska, serta 14 jenis ular laut.

Selain itu, Gugusan Pulau Pasir juga merupakan area penyu bertelur dan populasi burung yang bermigrasi. Hewan laut seperti dugong, berbagai cetacion, dan hiu paus juga sering tampak secara teratur di sekitar karang.

Pulau Cartier, sebutan Australia untuk salah satu gugus Pulau Pasir lainnya, juga memiliki ekosistem yang unik dan rentan. Jenis terumbu karang di sekitarnya begitu beragam. Terdapat pula 547 spesies ikan yang terindentifkasi, di mana itu mewakili 16 persen spesies ikan di Australia.

Pemerintah Australia telah mendeklarasikan Cagar Alam Nasional Terumbu Ashmore pada 1983 demi melindungi terumbu karang di Gugusan Pulau Pasir. Komunitas tumbuhan di Pulau Pasir sendiri berupa semak belukar dan herba, dengan pertumbuhan yang subur ketika musim hujan.

Seperti Ashmore Reef, Pulau Cartier dan terumbu sekitarnya telah dikunjungi oleh nelayan Indonesia selama berabad-abad untuk mengumpulkan burung, telur burung, kerang, holothurians (teripang), kerang, penyu, dan telur penyu untuk konsumsi dan perdagangan di pasar Asia.

Dengan kekayaan alam di Gugusan Pulau Pasir, potensi wisatanya diyakini cukup besar. Kegiatan yang mengundang wisatawan seperti memancing, snorkeling, dan diving bisa saja dilakukan selama lautan di sana aman.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, mengatakan, setiap potensi wisata dan ekonomi kreatif yang dimiliki harus sesuai dengan Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945.

Oleh karena itu, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) tengah berkoordinasi dengan Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) untuk menyelesaikan polemik ini. "Kita jaga seluruh wilayah sampai ke pelosok negeri, demi keberlangsungan dan kesejahteraan masyarakat Indonesia," ujar Sandiaga.

Di sisi lain, Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika, Abdul Kadir Jailani, menerangkan, Gugusan Pulau Pasir memang milik Australia dan tidak perah menjadi bagian dari NTT. Menurut Hukum Internasional, wilayah NKRI sebatas wilayah Hindia Belanda, sedangkan Pulau Pasir tidak pernah termasuk dalam administrasi Hindia Belanda karena dulu dimiliki Inggris.

"Pulau Pasir merupakan pulau yang dimiliki Australia berdasarkan warisan dari Inggris. Pulau tersebut dimiliki oleh Inggris berdasarkan Ashmore and Cartier Acceptance Act, 1933, dan dimasukkan ke dalam wilayah administrasi Negara Bagian Australia Barat pada tahun 1942," tulis Abdul Kadir di Twitter seperti dikutip Selasa, 25 Oktober 2022.