Jangan Gegabah, Berikut Penanganan Cedera Ligamen Lutut Anterior

Mayapada Hospital | CNN Indonesia
Senin, 14 Nov 2022 14:45 WIB
Ilustrasi cedera lutut saat berolahraga. (Foto: CNN Indonesia/Andry Novelino).
Jakarta, CNN Indonesia --

Bagi Anda yang sering melakukan olahraga dan aktivitas fisik berat, risiko cedera lutut adalah salah satu yang sering dialami. Lutut menjadi tumpuan sekaligus bagian tubuh yang bekerja keras saat melakukan olahraga, seperti saat lari.

Pada lutut ada 4 urat yang berperan terhadap kestabilan sendi. Dari keempat ligamen tersebut, yang paling rentan mengalami cedera adalah ACL atau Anterior Cruciate Ligament.

Fungsi ACL membantu menjaga kestabilan rotasi lutut dan mencegah tibia (tulang kering) bergeser di depan tulang paha. Cedera ACL termasuk salah satu jenis cedera lutut paling umum, sekitar 40 persen dari semua cedera terkait olahraga.

Menurut Dokter Ortopedi di Mayapada Hospital, dr. Sapto Adji Harjosworo, Sp.OT (K), cedera olahraga yang paling banyak dia tangani adalah cedera ACL.

"Dari keempat ligamen tersebut yang paling rentan mengalami cedera adalah ACL. Semua pelaku olahraga yang mengandalkan kelincahan kecepatan bisa mengalami kondisi ini. ACL sangat rentan mengalami cedera," kata dia dalam keterangannya, Minggu (13/11).

Dari pengalaman dr. Sapto, bentuk cedera yang dialami pasien umumnya mengalami putus bagian urat. Urat pada lutut terpuntir sehingga menyebabkan nyeri.

Dia pun memberikan contoh kasus paha berpuntir ke luar, sementara tungkai bawah kita bergerak ke dalam, sehingga memutuskan urat tersebut. Ada juga kasus yang terjadi ketika turun tangga, tak menyadari dua anak tangga yang belum dilangkah, terjatuh dan menumpu.

"Begitu dia putus, ligamen seperti bunyi dan terputus. Bisa sampai robek sebagian, atau sampai putus total. Jadi tergantung memang dari seberapa parah, kalau hanya ketarik aja, bisa melanjutkan permainan. Tapi kalau sudah robek atau putus sebagian akan sulit," ujarnya.

Faktor Penyebab

Tak jarang, pemanasan dituding menjadi alasan terjadinya cedera. Kurangnya pemanasan sebelum berolahraga sering dianggap sebagai alasan.

Namun, menurut Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga Mayapada Hospital, dr. Taufan Favian Reyhan, Sp.KO, pemanasan bukan pemicu utama.

"Bicara cedera ACL, bicara multifaktor. Pemanasan dijadikan pencetus kesalahan, padahal ada faktor lainnya," tegasnya.

Faktor internal misalnya bisa karena berat badan, teknik main atau olahraga yang salah, hingga kelelahan, atau otot tak seimbang.

Faktor eksternal misalnya suasana bermain terlalu bersemangat dengan adrenalin yang meningkat, sehingga atlet terlalu memaksa saat berolahraga. Atau mungkin lapangan kurang bagus, berlubang, lengket, hingga sepatu olahraga yang tak cocok.

"Faktor pertandingan itu sendiri, semakin sering terpapar juga bisa memicu," ujar dr. Taufan.

Pertolongan Pertama

Menurut dr. Taufan, untuk pertolongan pertama biasanya bisa memakai hal sederhana, seperti istirahat hingga kompres es batu. Akan tentapi, tentunya kemudian atlet harus dibantu tim medis.

Namun, ketika pertolongan pertama sudah tak efektif, atlet tidak dapat melanjutkan permainan. Atlet harus diangkut menuju ke rumah sakit.

"Kalau masih nyeri butuh penanganan yang harus komprehensif, harus diangkut oleh tim medis dan pemain harus diganti," ungkapnya.

Gejala Putusnya ACL

Terdengar suara meletup di lutut. Rasa nyeri yang hebat dan tidak dapat melanjutkan aktivitas. Pembengkakan lutut yang muncul beberapa jam kemudian.

Berkurangnya kemampuan menggerakan lutut. Rasa tidak seimbang saat dipakai untuk menopang berat badan.

Terapi Pengobatan

Untuk tatalaksana atau penanganan dan pengobatan ACL, menurut dr. Sapto, memang harus ditangani secara multidisiplin. Kondisi ACL tak punya kemampuan menyembuhkan diri sendiri.

"ACL tak punya kemampuan itu. Sekali putus tetap putus, tak bisa disambung lagi maka harus operasi," ungkap dr. Sapto.

Setelah melakukan sesi wawancara dan pemeriksaan, dokter melakukan pemeriksaan penunjang, misalnya Foto Rontgen (X-ray). Tidak dapat melihat kerusakan ligamen, tapi dapat melihat ada tidaknya kelainan pada tulang.

Lalu dilakukan pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging (MRI) agar dapat melihat sobekan ligamen, atau luka pada tulang rawan.

Penanganan cedera ACL selanjutnya, yakni operasi tindakan Arthroscopy, yaitu teknik operasi minimal invasif untuk menangani kasus cedera olahraga. Tindakan ini untuk diagnosis dan memperbaiki masalah di dalam sendi.

Keunggulan teknik ini adalah sayatan minimal sehingga nyeri dan risiko infeksi lebih kecil, waktu rawat inap lebih pendek, dan pemulihan lebih cepat. Arthroscopy dapat dilakukan untuk lutut, bahu, pinggul, tangan dan kaki.

Pemulihan Pasca Operasi

Program latihan akan diberikan sebagai langkah pemulihan pasca operasi untuk mengembalikan performa dan kebugaran pasien sehingga dapat kembali aktif dalam kegiatan sehari-hari dan berolahraga.

Sementara itu, penanganan kasus cedera olahraga dengan pendekatan terapi non operatif akan disesuaikan dengan kondisi pasien.

Sports Injury Treatment & Performance Center (SITPEC) Mayapada Hospital

Cocok untuk para pelaku olahraga yang mengalami cedera olahraga seperti ACL. Ini merupakan layanan komprehensif dan terintegrasi terkait olahraga dan kebugaran, mulai dari program preventif, screening, performa olahraga, penanganan cedera dan program pemulihan pasca cedera dan pasca operasi.

Didukung kolaborasi tim dokter multi spesialisasi dan fisioterapis olahraga yang profesional dan berpengalaman untuk memberikan program latihan dan penanganan cedera sesuai dengan kebutuhan pasien.

Berbagai kondisi yang ditangani yakni sprain and strain (keseleo dan tegangan otot), nyeri lutut, bahu, pinggul, tangan, dan kaki akibat cedera olahraga, ACL, jumper's knee (Cedera lutut), runner's knee (Cedera lutut), achilles tendinitis (Cedera pada tendon achilles), hingga dislokasi sendi.

Layanan ini menghadirkan tim dokter Mayapada Hospital Jakarta Selatan, di antaranya :

1. dr. Sapto Adji Harjosworo, Sp.OT(K)Sport Injury,
2. dr. Charles Hoo, SpOT(K)Sport Injury,
3. dr. Taufan Favian Reyhan, Sp.KO,
4. dr. Jovita Maria, SpKFR.

Mayapada Hospital Kuningan :

1. dr. Demy Faheem, SpOT(K)Sport Injury,
2. dr. Elyse SpKO, dr Zeth Boroh SpKO,
3. dr. Grace Tumbelaka SpKO, dr Febriyani Valentina SpKFR,
4. dr. Inez Widyasari Halim SpKFR.

Deteksi dan Tindakan

Lakukan deteksi sedini mungkin untuk menghindari resiko penyakit menjadi serius. Jangan tunda melakukan tindakan apabila ada gejala yang dirasakan.

Bila Anda ingin melakukan konsultasi dengan dokter spesialis dari Mayapada Hospital dapat mengklik link berikut https://bit.ly/dokterspkomhkn dan https://bit.ly/dokterspkomhjs.

(osc)
KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK