Jarang bergerak tak cuma berdampak buruk pada orang dewasa, tapi juga anak. Ada beberapa dampak jarang gerak pada anak yang perlu diwaspadai orang tua.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, setidaknya anak-anak perlu melakukan aktivitas dengan intensitas tinggi selama 60 menit setiap harinya.
Sayangnya, Indonesia dinilai lemah dalam menjaga kebugaran jasmani anak yang mendapatkan nilai F oleh dunia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi untuk 24 hours movement behavior, nilainya F, jadi yang terendah. F itu merespons di under 20 persen dari jumlah populasi [di Indonesia]," kata Country Leader Active Healthy Kids Indonesia, Agus Mahendra di Jakarta, Senin (14/11).
Agus menjelaskan beberapa dampak buruk saat anak jarang beraktivitas fisik. Dampak ini bisa bersifat jangka panjang.
Fisik anak akan turun dipengaruhi oleh aktivitas jasmani. Kondisi ini akan memengaruhi pertumbuhan anak yang optimal.
"Karena dari fisik terbantu dengan adanya aktivitas jasmani. Kita sudah mengetahui secara teoritis pertumbuhan anak secara fisik, kan, dibantu," ujar Agus.
Minimnya aktivitas juga berpengaruh terhadap perkembangan otak si kecil. Beberapa penelitian menemukan bahwa aktivitas fisik dapat membantu mengembangkan otak anak.
"Konsentrasi bisa berkembang kalau banyak bergerak. Dari sisi penelitian, manfaat dari aktivitas ini, kan, terutama membantu perkembangan otak," ujar Agus.
Gula darah akan terus bertambah setiap kali anak selesai makan. Jika gula darah tak diturunkan, insulin akan kehilangan fungsinya sehingga anak rentan terkena diabetes 2.
Salah satu cara untuk menurunkan kadar gula darah adalah dengan aktif bergerak.