Bertepatan dengan hari ini, Jumat (25/11) black Friday kembali jadi pembicaraan. Hampir setiap tahun, istilah black Friday memang muncul, tepatnya di pekan terakhir November.
Anda mungkin bertanya-tanya, apa itu dan bagaimana asal usul black Friday hingga kerap jadi perbincangan?
Meskipun namanya mungkin terdengar sedikit menyeramkan, tapi black Friday tidak ada hubungannya dengan hal-hal mistis. Black Friday justru berkaitan dengan hari belanja dengan diskon besar-besaran.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mengutip The Balance, black Friday adalah bagian dari musim belanja liburan. Diskon tidak hanya diberikan oleh toko-toko besar, tapi juga para pengecer.
Black Friday sebenarnya nama informal yang digunakan untuk menggambarkan hari setelah Thanksgiving. Bisa dibilang, black friday merupakan hari belanja tersibuk dalam satu tahun.
Tapi, jika merunut pada sejarah asal muasalnya, ada cerita kelam di balik asal-usul black Friday.
Menukil laman History, disebutkan bahwa pada era 1800-an, pemilik perkebunan dapat membeli pekerja yang diperbudak dengan harga diskon pada hari setelah Thanksgiving atau bertepatan dengan hari yang kini disebut sebagai black Friday.
Sejarah asli dari black Friday memang tidak secerah diskon yang diberikan para penjaja. Bahkan, disebutkan pada era 1950-an, polisi di kota Philadelphia menggunakan istilah tersebut untuk menggambarkan kekacauan yang terjadi pada hari setelah Thanksgiving.
Saat itu, gerombolan pembeli dan turis pinggiran membanjiri kota. Mereka datang sebelum pertandingan sepak bola Angkatan Darat vs Angkatan Laut yang diadakan di sana setiap tahun.
![]() |
Karena hal ini, para polisi tidak dapat mengambil cuti. Mereka juga harus bekerja shift ekstra panjang untuk menangani kerumunan dan lalu lintas tambahan.
Pengutil juga memanfaatkan keributan di toko-toko dan kabur dengan barang dagangan. Hal ini tentu menambah menambah kerepotan para penegak hukum.
Kemudian pada 1961, istilah 'Black Friday' pun populer di Philadelphia, sampai-sampai para pedagang mencoba mengubahnya menjadi 'Big Friday' untuk menghilangkan konotasi negatif. Tapi, upaya itu tidak berhasil.
Usaha membuatnya jadi lebih positif pun berhasil di akhir 1980-an. Para pengecer menemukan cara untuk membuat black Friday menjadi sesuatu yang tercermin secara positif. Kisah black Friday yang gelap di Philadelphia sebagian besar dilupakan.
Itulah sedikit cerita tentang asal-usul black Friday.
(tst/asr)