Rona merah yang muncul di punggung setelah kerokan diyakini sebagai angin yang menumpuk di tubuh dan berhasil dikeluarkan. Benarkah demikian?
Kerokan jadi salah satu pilihan pengobatan tradisional yang dikenal di tengah masyarakat Indonesia.
Goresan koin atau benda tumpul lainnya pada permukaan kulit dianggap dapat membantu mengeluarkan angin yang menumpuk di dalam tubuh. Salah satunya ditandai dengan rona merah yang muncul di permukaan kulit.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, pandangan tersebut ternyata salah kaprah. Dokter spesialis penyakit dalam di RSUD Sawah Besar, Jakarta Andi Khomeini Takdir Haruni mengatakan bahwa rona merah sama sekali tak berhubungan dengan angin yang tertahan di dalam tubuh.
Justru, rona merah pada permukaan kulit setelah dikerok adalah pembuluh darah yang pecah karena tekanan dari koin atau benda tumpul lainnya.
"Tanda merah cenderung kehitaman itu adalah pembuluh darah kecil atau kapiler yang pecah. Jadi, tidak ada hubungannya sama angin," kata Andi saat dihubungi CNNIndonesia.com, Kamis (15/12).
Kata Andi, semakin kuat tekanan koin atau alat kerok ke permukaan kulit, maka semakin banyak kapiler yang pecah. Inilah alasan mengapa rona merah akan semakin terlihat saat dikerok dalam waktu lama.
"Pas awal kerok itu warnanya tidak keluar, merah tipis-tipis. Terus dikerok di tempat yang sama berulang kali, warna makin merah, kan. Nah, itu karena tekanan makin kuat dan banyak," kata Andi.
Lantas, apakah munculnya rona merah itu berbahaya?
Menurut Andi, rona merah ini tidak berbahaya sama sekali. Rona merah ini bahkan perlahan bisa hilang setelah kapiler mulai membaik.
Hanya saja, Andi menganjurkan agar kerokan tidak dilakukan terlalu sering dan keras. Sebab, tekanan koin atau benda tumpul yang kuat bisa menimbulkan luka pada permukaan kulit.
Saat luka ini muncul, infeksi pun bisa terjadi. Kondisi akan semakin berbahaya jika koin yang digunakan ternyata tidak steril.
"Sah-sah saja. Tidak berbahaya kok. Tapi jangan terlalu kuat saja tekanannya. Kan, yang dikhawatirkan itu infeksi," kata dia.