Fotografi dan medium visual lainnya selalu punya peranan penting dalam upaya-upaya pelestarian alam. Medium ini mengantarkan orang-orang biasa yang tak bersinggungan langsung dengan alam bebas, bisa mengenal bentuk, warna, hingga polah spesies tertentu. Dalam kelanjutannya, mengenal adalah gerbang awal yang mengantarkan mereka pada keputusan-keputusan untuk ikut terlibat dalam merawat bumi dalam keseharian.

Saat ini, berbicara dan mengupayakan pelestarian alam dan segala isinya bisa dikatakan ada pada titik terpenting.

Berdasarkan data WWF, kepunahan massal diperkirakan terjadi 1.000 hingga 10 ribu kali lebih cepat dari laju kepunahan yang seharusnya terjadi secara alamiah (seandainya manusia tidak ada di muka bumi). Bahkan berdasarkan riset peneliti Universitas California, 3/4 dari seluruh spesies yang ada bisa punah hanya dalam waktu 300 tahun ke depan.

Spesies-spesies mulai dari kodok, burung, hingga mamalia besar kini terancam krisis iklim, penyakit, habitat yang rusak, dan bahkan persaingan dengan spesies lainnya yang ekosistemnya pun terganggu.

Kehilangan satu spesies —baik karena punah atau populasinya menurun dalam jumlah yang teramat besar— maka akan besar pengaruhnya baik pada spesies lain, ekosistem, maupun manusia.

Semua kehidupan di muka bumi saling berkaitan, dalam suatu keseimbangan yang sudah terbentuk selama jutaan tahun. Satu spesies akan berinteraksi dengan banyak spesies lainnya dalam cara khusus, yang pada akhirnya akan bermanfaat bagi lingkungan tempat manusia hidup; memberikan udara segar, air bersih, dan juga tanah yang subur bagi tanaman.

Kehilangan satu spesies maka bisa berarti akan ada spesies lain yang menanti kepunahan di masa depan.

Pertanyaannya adalah, apakah kita akan bahagia seandainya anak cucu kita hanya bisa melihat gajah lewat buku?