Tinja atau kotoran manusia sesuatu yang dianggap menjijikkan. Tapi ternyata, benda yang dianggap menjijikkan itu bisa digunakan untuk pengobatan sejumlah penyakit pada manusia.
Bahkan, Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) telah menyetujui penggunaan obat yang diberi nama Rebyota itu. Rebyota sendiri berbahan dasar mikroba yang berasal dari tinja atau kotoran manusia.
Melansir Drugs, tinja yang digunakan sebagai bahan baku Rebyota berasal dari transplantasi tinja yang dilakukan oleh individu. Tentunya, tinja-tinja ini tidak sembarangan, pendonornya harus diseleksi dulu dan disaring.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ferring Pharmaceuticals menyebut, persetujuan FDA untuk penggunaan Rebyota bukan tanpa alasan. Semua didasarkan pada program klinis termasuk uji coba fase 3.
Selama uji coba, Rebyota menunjukkan keunggulan. Hal ini jika dibandingkan dengan plasebo untuk pengobatan atau mengurangi kekambuhan penyakit Clostridiosis difficile infection (CDI).
Pasien yang menjadi objek penelitian juga tidak mengalami diare CDI dalam waktu delapan minggu. Bahkan setelah pengobatan studi selesai dilakukan.
Meski begitu, obat ini hanya diberikan pada mereka yang berusia di atas 18 tahun. Penelitian untuk orang di bawah usia 18 tahun belum dilakukan.
Selain itu, ada beberapa efek yang bisa dialami dari penggunaan Rebyota ini. Efek samping, misal:
- Sakit perut
- Diare,
- Kembung,
- Gas,
- Mual.
CDI sendiri merupakan infeksi serius yang bisa menyebabkan kematian. Infeksi penyakit ini tidak memandang usia, semua orang bisa mengalaminya.
Bakteri C. difficile bisa menyebabkan gejala yang melemahkan, seperti diare parah, demam, nyeri perut, kehilangan nafsu makan, mual dan kolitis (radang usus besar).
(tst/chs)