Mario Dandy, anak pejabat Direktorat Jenderal Pajak Rafael Alun Trisambodo kini menjadi tersangka setelah menganiaya Cristalino David Ozora beberapa waktu lalu. Korban yang merupakan anak petinggi GP Ansor itu harus dirawat di ruang ICU karena tidak sadarkan diri.
Mario kabarnya tersulut emosi setelah mendapat aduan dari sang kekasih. Mario disebut tak bisa menahan amarah saat mendengar kekasihnya pernah dilecehkan David, yang ternyata merupakan mantan dari pacar Mario saat ini.
Kekerasan bisa muncul karena amarah yang dirasakan seseorang. Saat tak bisa menahan amarah, bentuk kekerasan apa pun bisa saja terjadi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Psikolog dari Klinik Kancil & Iradat EAP Konsultan Mutiara Nathania mengatakan, amarah memang bisa terjadi pada siapa saja. Pada usia 20-an, seseorang biasanya cenderung bertindak berdasarkan emosi.
Tapi, bukan berarti amarah tak bisa dikontrol. Belajar mengontrol amarah pada dasarnya merupakan kerja sama antara diri sendiri dengan lingkungan sekitar, terutama keluarga.
"Pada kondisi umum orang yang berusia 20-an cenderung bertindak berdasarkan emosi. Makanya, lingkungan sangat penting dalam membantu mereka mengembangkan fungsi kontrol perilaku saat sedang marah," kata Mutiara saat dihubungi CNNIndonesia.com, Minggu (26/2).
Kontrol emosi harus dilatih sejak dini. Sebab, saat dilakukan pembiaran oleh orang tua atau lingkungan terdekat, maka sikap menggebu-gebu atau emosional dalam menyelesaikan masalah akan berkembang hingga dewasa.
"Orang tua sejak kecil harus memberikan pelatihan, batasan yang sehat dan konsisten. Misalnya, anak tidak boleh menyakiti orang lain, tidak boleh merendahkan orang lain, dan hal-hal buruk lainnya," kata dia.
Ketika dewasa, aturan-aturan tersebut akan terpatri dalam benak si anak. Dia akan lebih peduli dan empati terhadap segala sesuatu. Hal ini juga akan berdampak pada pengendalian emosi si anak.
"Makanya segala sesuatu memang diawali dari ajaran dan nilai-nilai yang diberikan sejak dini," katanya.