Beredar cuitan yang membahas soal neovagina transgender berbau feses di media sosial Twitter. Pembahasan ini berawal dari salah satu pengguna yang menyebut neovagina tidak lebih baik dari vagina asli, salah satunya karena mengeluarkan bau feses.
Dokter spesialis obstetri dan ginekologi di RS Pondok Indah Jakarta Muhammad Fadli menyampaikan bahwa neovagina merupakan tindakan pembentukan vagina pada penderita kelainan bawaan yang tidak memiliki vagina dan rahim.
"Nama penyakitnya MRKH (Mayer-Rokitansky-Küster-Hauser) syndrome. Jadi dia memang terlahir tanpa vagina dan sistem reproduksi. Untuk memperbaiki quality of life dan menjaga hubungan dia dengan pasangan, maka kami bikin vagina tersebut [neovagina]," jelas Fadli saat dihubungi CNNIndonesia.com, Kamis (9/3).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Vagina buatan tersebut diletakkan di atas lubang dubur. Neovagina dibuat dengan membuat sebuah lubang di bagian labia.
Menurutnya, vagina buatan ini dibuat dengan harapan bisa menyerupai vagina yang seutuhnya.
Menanggapi cuitan viral di atas, Fadli menyebut bahwa benar jika 'alat' buatan manusia tentu berbeda dengan ciptaan Tuhan. Ia juga mengatakan neovagina juga tidak bisa self-cleaning.
"Setelah dibikin lubangnya, nanti disumpalin ke dalam sehingga tidak menutup di awal-awal. Di dindingnya itu diberikan selaput amnion atau selaput air ketuban. Kami berharap nanti moist dari vagina yang sebenarnya akan muncul dari vagina [buatan] tersebut karena amnion ini kami percayai banyak sel-sel yang bisa untuk tumbuh," lanjut Fadli menjelaskan prosedur neovagina.
"Kemudian setelah itu kita pasang amnion di dinding lubang yang dibikin. Setelah itu ditutup, tapi kami pastikan terlebih dahulu bahwa pendonor amnion itu bebas dari penyakit," tambahnya menjelaskan.
Fadli mengatakan bahwa neovagina harus selalu digunakan sehingga tidak tertutup kembali.
"Jadi harus sering disumpal, dipakaikan dildo, biar lubang tersebut tetap terbuka," ucap Fadli.
![]() |
Lalu apakah benar neovagina itu berbau feses? Fadli mengatakan hal tersebut tidak benar. Menurutnya, bau tidak bau tergantung dari kebersihan masing-masing individu.
"Menurut saya, sih, tidak benar, karena bau tidak bau tergantung higienitas orang. Tapi kalau bau feses itu enggak lah, karena, kan, berhubungannya enggak lewat anus," ucap Fadli menegaskan.
Fadli juga mengatakan prosedur pembuatan neovagina yang dilakukan untuk transgender kurang lebih sama dengan yang dilakukan pada perempuan dengan MRKH syndrome.
"Laki-laki yang transgender juga kurang lebih sama, tetapi genitalia externa-nya direkonstruksi dan juga dibikin kurang lebih yang sama," lanjutnya.