
Transabled dan Soal Mereka yang Ingin Menjadi Cacat

Jason si tangan satu atau dikenal dengan nama 'one hand Jason' adalah seorang pria muda disabilitas yang hanya memiliki satu tangan untuk difungsikan. Sampai sini, Anda mungkin berpikir pria ini mengalami disabilitas, cacat dari lahir atau justru cacat karena kecelakaan.
Namun, pemikiran itu justru salah besar. Jason kehilangan satu tangannya karena dia menginginkannya. Meski terlahir sehat, namun Jason memilih untuk menjadi disabilitas. Kondisi ini dikenal dengan istilah transabled.
"Tujuan saya adalah untuk menyelesaikan pekerjaan tanpa harapan rekonstruksi atau pemasangan kembali, dan saya menginginkan beberapa metode yang benar-benar dapat saya lakukan," kata Jason, menukil National Post.
Istilah transabled sendiri belakangan ramai diperbincangkan, gara-gara sebuah utas di media sosial.
Jason si tangan satu tidak sendirian. Ada banyak orang yang merasa dirinya cacat padahal tubuhnya utuh dan normal. Orang-orang ini selalu menganggap apa yang menjadi bagian tubuhnya, tidak sepenuhnya menjadi milik mereka.
Alexandre Baril, seorang ahli gender dan seksualitas yang mempresentasikan tentang transabilitas dalam Kongres Ilmu Sosial dan Humaniora di Ottawa University Kanada, mendefisinikan transable sebagai keinginan atau kebutuhan seseorang yang diidentifikasi sehat untuk mengubah sesuatu agar cacat atau memiliki gangguan fisik.
"Orang itu bisa saja ingin menjadi tuli, buta dan sengaja diamputasi hingga lumpuh. Itu keinginan yang sangat kuat," kata Baril.
Para peneliti di Kanada mencoba lebih memahami pola pikir orang-orang yang mengalami transabled. Peneliti di St Thomas University di Fredericton, Clive Baldwin mewawancarai 37 orang di seluruh dunia yang mengidentifikasi diri sebagai transabled.
Kebanyakan dari mereka adalah laki-laki. Sekitar setengahnya berada di Jerman dan Swiss, beberapa di Kanada. Kebanyakan mendambakan amputasi atau kelumpuhan.
Tak cuma itu, ia juga menemukan ada orang yang ingin agar penisnya diangkat. Beberapa orang bahkan ditemukan ingin menjadi buta.
Tak merasa tubuhnya milik mereka
Orang-orang transable tidak berbeda dengan transgender. Jika transgender kebanyakan merasa berada di tubuh yang salah, maka seorang transable menganggap satu atau beberapa anggota tubuhnya seharusnya bukan menjadi milik mereka.
Menukil NZ Herald, transable juga bisa dikenal dengan nama gangguan identitas amputasi. Kondisi ini berada langsung di bawah payung Body Integrity Identity Disorder (BIID), gangguan psikologis yang bermanifestasi pada orang sehat yang diketahui secara fisik melukai diri sendiri agar dianggap cacat.
Sains tampaknya agak terbagi atas sumber masalah yang memicu transable ini. Beberapa ahli berpendapat bahwa ini adalah masalah neurologis, sementara yang lain mengidentifikasikannya sebagai gangguan mental.
[Gambas:Video CNN]