Studi Temukan Otak Bayi Rusak karena Covid-19, Virus Menembus Plasenta

CNN Indonesia
Selasa, 11 Apr 2023 12:45 WIB
Sebuah studi mengungkapkan kerusakan otak pada bayi baru lahir akibat Covid-19. Studi ini sekaligus juga menunjukkan bahwa virus corona bisa menembus plasenta.
Ilustrasi. Sebuah studi mengungkapkan kerusakan otak pada bayi baru lahir akibat Covid-19. (iStockphoto/Konstantin Aksenov)
Jakarta, CNN Indonesia --

Sebuah studi kasus mengungkapkan kerusakan otak bayi yang baru lahir akibat Covid-19. Studi menunjukkan Covid-19 mampu menembus plasenta.

Peneliti dari University of Miami meneliti dua bayi dengan diagnosis kerusakan otak.

Kedua bayi dilaporkan negatif Covid-19 saat lahir, namun kadar antibodi SARS-CoV-2 dalam darah ditemukan meningkat. Artinya, antibodi melewati plasenta atau terjadi pelepasan virus dan memicu respons imun bayi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam studi yang diterbitkan di jurnal Pediatrics ini, peneliti menyebut bayi mengalami kejang, ukuran kepala kecil, dan perkembangan yang terlambat. Satu bayi meninggal di usia 13 bulan.

"Banyak wanita terkena Covid-19 selama kehamilan, tetapi melihat masalah ini pada bayi mereka saat lahir jelas tidak biasa," kata Shahnaz Duara, profesor pediatri dan penulis senior dalam studi tersebut, seperti dikutip dari laman University of Miami Health System.

Studi ini jadi studi pertama yang mengkonfirmasi penularan Covid-19 melalui plasenta dan memicu kerusakan otak bayi.

Dalam kedua kasus, sang ibu tertular Covid-19 pada trimester dua lalu dinyatakan sembuh. Hanya saja, salah satu ibu mengalami infeksi berulang pada trimester tiga.

Namun demikian, dari kedua kasus ini, tak jelas apakah kasus tersebut dipicu oleh sitokin plasenta yang meradang atau virus memang benar-benar melewati plasenta.

Michael Paidas, profesor dan Ketua Departemen Kebidanan, Ginekologi, dan Ilmu Reproduksi di Milles School, mengatakan bahwa bayi dengan kondisi tersebut disebut dengan ensefalopati iskemik hipoksia atau kerusakan otak akibat penurunan aliran darah.

"Tapi bukan kurangnya aliran darah ke plasenta yang menyebabkan hal ini. Sejauh yang kami tahu, itu adalah infeksi virus," imbuhnya.

[Gambas:Video CNN]



(els/asr)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER