Salah satu tanggapan Lagerfeld yang paling meresahkan adalah saat gerakan #MeToo tengah ramai di dunia. Dalam sebuah wawancara pada tahun 2018, ia justru membela penata gaya Karl Templer yang ditubuh melakukan pelecehan seksual terhadap banyak mode. Ia bahkan mengaku muak dengan gerakan #MeToo.
"Ini sulit dipercaya! Jika Anda tak ingin celana Anda ditarik, jangan menjadi model, Bergabunglah dengan para biarawati, akan selalu ada tempat untukmu di biara," ujar Lagerfeld.
Amy Odell, penulis buku biografi Anna Wintour, mengaku tak heran mengapa Lagerfeld tetap dielu-elukan di dunia fesyen, terlepas dari berbagai pernyataan kontroversialnnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini [industri fesyen] adalah industri yang dibangun di atas elitisme dan orang-orang yang tidak mau mengakui garis kesalahan," ujar Odell, kepada Time.
Lebih lanjut, Odell juga menilai sulit untuk membuat hal-hal yang sifatnya sosial dan komersial berjalan beriringan di industri fesyen.
"Saya pikir itu menciptakan banyak gesekan, karena fesyen adalah industri yang cukup liberal dan Anda diharapkan memiliki nilai-nilai tertentu. Namun, akan sulit melakukannya jika Anda adalah entitas komersial," jelas Odell.
Pendapat lain juga diungkapkan oleh penulis fesyen Emily Kirkpatrick. Ia percaya bahwa Met Gala tahun ini adalah bagian dari upaya untuk membersihkan atau menulis ulang warisan Lagerfeld dengan fokus hanya pada karyanya, bukan pada pribadinya.
"Karl menghasilkan banyak karya yang berpengaruh, tapi dia juga seorang bajingan dengan beberapa komentar yang sangat buruk. Lebih mudah bagi kita untuk menggunakan barang-barang cantik tanpa memperhitungkan cerita mengerikan di baliknya," ujar Kirkpatrick.
Kirkpatrick tak berpikir bahwa karya Lagerfeld harus ditolak atau tidak diakui karena komentar-komentarnya yang buruk. Bagaimanapun, ia percaya bahwa penting untuk melihat bagaimana kontribusi Lagerfeld dalam dunia mode.
(asr/asr)