Cerita Gelje Sherpa menyelamatkan nyawa pendaki Malaysia, Ravi, saat nyaris mati di Zona Kematian Gunung Everest, Nepal, menjadi viral di media sosial.
Namun, kisah ini kian ramai diperbincangkan setelah sikap Ravi yang sempat seakan tidak mengakui bantuan Gelje Sherpa. Dalam wawancara dan ceritanya, Ravi juga tidak pernah mengucapkan terima kasih kepada Gelje Sherpa.
Padahal, Gelje Sherpa kala itu memutuskan menyelamatkan Ravi, kendati dia senang membantu kliennya, pendaki asal China yang juga hendak mendaki gunung setinggi 8.849 meter tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sherpa merupakan nama salah satu suku bangsa di Nepal dan Tibet yang hidup di lereng-lereng pegunungan Himalaya. Para sherpa Nepal secara tradisional dipanggil dengan nama depan mereka, seperti Gelje Sherpa contohnya.
Sherpa sering dikenal bekerja sebagai pemandu pendakian di Gunung Everest. Para sherpa membantu pendaki-pendaki Gunung Everest hingga mereka turun lagi dari puncak.
Ketika Edmund Hillary menjadi pendaki pertama yang menaklukkan Gunung Everest pada 1953, dia pun didampingi oleh sherpa bernama Tenzing Norgay.
Secara fisik, tubuh Sherpa punya anomali tersendiri jika dibandingkan manusia yang lain. Seorang professor biologi dari Universitas California, Amerika Serikat, Rasmus Nielsen, menyebut secara fisik tubuh para Sherpa sudah beradaptasi dengan ketinggian, seperti tipisnya oksigen.
Laporan Berkeley News dan Washington Post pada 2019, mengungkap sebuah studi genetika tentang Sherpa. Studi pada 2010 mengidentifikasi lebih dari 30 faktor genetik yang membuat tubuh orang Tibet cocok untuk dataran tinggi.
Sherpa juga disebut memiliki EPAS1 atau "gen atlet super", yang mengatur produksi hemoglobin tubuh, memungkinkan efisiensi yang lebih besar dalam penggunaan oksigen.
![]() |
Itu mengapa para Sherpa dikenal kuat dan tangguh dalam memandu pendaki hingga mencapai puncak Gunung Everest. Dalam laporan juga disebutkan, Sherpa terkuat dapat bertahan sampai 8.000 meter/23.000 kaki.
Sebelum terkenal menjadi pendaki gunung, pekerjaan kebanyakan Sherpa adalah penggembala ternak, petani dataran tinggi, dan penenun. Kehidupan mereka berubah secara drastis saat para pendaki menjadikan Everest sebagai tempat wisata pada awal 1900.
Lalu, berapa bayaran Sherpa untuk mendaki Gunung Everest? Menurut The Manual, Sherpa yang disewa pribadi akan dibayar lebih dari US$ 5.000 atau sekitar Rp74,2 juta. Sementara untuk Sherpa bongkar muat ongkosnya mulai dari US$3.000 atau sekitar Rp44,5 juta, sedangkan Sherpa yang menyediakan layanan memasak bayarannya US$2.000 atau setara 29,6 juta.
Tugas Sherpa memang bukan hanya menjadi pemandu, mereka juga diminta menyediakan sejumlah fasilitas pendaki seperti perlengkapan, tenda, makanan, minuman, bahkan sampai Wi-Fi supaya pendaki tetap mendapat sinyal saat di Gunung Everest.
(wiw)