LAPORAN DARI SWEDIA

Wisata di Negeri Pemuja Matahari

Dewi Safitri | CNN Indonesia
Minggu, 11 Jun 2023 19:52 WIB
Bukan hanya terkenal serba efisien, Swedia juga dikenal karena penduduknya yang selalu menyambut kehadiran matahari.
Pemandangan kota Stockholm di tengah musim semi ketika matahari bersinar selama 19 jam dalam sehari. (CNN Indonesia/Dewi Safitri)

Sebagai negara kecil, luasnya kira-kira hampir setengah Pulau Jawa, Swedia menawarkan tujuan wisata yang cukup komplet. Museum yang tak terbilang jumlahnya, mulai dari Museum Nobel untuk pecinta sains dan ilmu pengetahuan, museum fotografi, museum Nasional, sampai Museum ABBA, yang didedikasikan khusus untuk legenda musik pop dunia kelahiran Swedia.

Tujuan wisata lain seperti umumnya negara Eropa dengan sistem kerajaan adalah tur istana, kastil dan kelengkapannya.

Fanatis cherry blossom boleh merencanakan kunjungan pada Musim Semi (Maret sampai Mei), sekaligus untuk menikmati tulip bermekaran dan ladang rapeseed (biji rapa untuk minyak) seperti karpet kuning berhektar-hektar, di luar kota.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Karena bentuknya negara kepulauan, wisatawan juga bisa melakukan kunjungan antar pulau (island-hopping) yang tersebar dari Stockholm sampai Laut Baltik. Musim panas (Juni hingga September) adalah surga kegiatan ini, jutaan orang datang untuk menikmati matahari dan pantai-pantainya yang bersih - menjadikannya puncak agenda wisata di Swedia.

Perubahan iklim juga menimbulkan kegelisahan bagi Swedia. Di masa depan diperkirakan cuaca akan lebih basah karena banyaknya hujan lebat. Di musim panas diramalkan cuaca akan lebih kering dan panas, sehingga dikhawatirkan mengganggu kegiatan wisata.

Swedia saat ini menggunakan 75% sumber energi terbarukan (Indonesia baru 10%) dan berambisi menggunakan 100% energi terbarukan sebelum 2040 (sebagai bandingan, target Indonesia adalah 2060).

Di kalangan warga kampanye dan aturan hidup ramah lingkungan dan lestari (sustainable) sangat kuat dan dampaknya dirasakan semua wisatawan.

Di tempat saya menginap misalnya, sebuah hostel di pinggir pantai di tengah kota Stockholm, turis dianjurkan untuk tidak membeli air minum kemasan.

"Gunakan air keran untuk minum, kualitasnya sangat baik sesuai standar kesehatan" tulis brosur itu. Pengalaman saya malah menunjukkan, air ledeng Stockholm lebih enak dari air isi ulang merek terkenal yang biasa diminum keluarga kami di Indonesia.

Pengunjung juga diminta berhemat dengan air untuk mandi, atau menyiapkan makanan dan cuci piring. Enaknya tinggal di hostel, selalu disediakan dapur komunal yang bisa dipakai ramai-ramai untuk menyiapkan makanan. Ini fasilitas yang ideal jika bepergian dengan keluarga.

Tiap pagi atau malam, saya sering melihat anak-anak mencuci piring setelah makan, sementara orangtua mereka sebelumnya memasak.

Masak sendiri juga bisa jadi solusi, terutama bagi wisatawan yang kesulitan menemukan label halal dalam kemasan makanan di Swedia. Bahkan menu daging di restoran Timur Tengah atau kebab dari warung Turki tidak dijamin halal. Agar pasti, selalu tanyakan pada pelayan restoran.

(vws)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER