Mati Otak, Kondisi yang Dialami Park Soo Ryun usai Jatuh dari Tangga
Aktris Korea Selatan Park Soo Ryun meninggal dunia pada Minggu (11/6) setelah terjatuh dari tangga di rumahnya dan dinyatakan mati otak. Apa itu mati otak?
Pihak keluarga Park Soo Ryun mengungkapkan akan memberikan penghormatan terakhir dengan cara mendonasikan organ tubuh sang aktris kepada mereka yang membutuhkan.
"Hanya otaknya yang tidak sadar, tapi jantungnya masih berdetak. Pasti ada seseorang yang membutuhkan [organ tubuh Park Soo Ryun]," kata sang ibu seperti dikutip dari iMBC via Naver, Senin (12/6).
Menurut NHS (National Health Service), mati otak, yang juga dikenal sebagai mati batang otak, adalah kondisi ketika seseorang yang menggunakan mesin penunjang kehidupan buatan tidak lagi memiliki fungsi otak. Hal ini berarti mereka yang mengalaminya tidak akan sadar kembali atau dapat bernapas tanpa bantuan.
Seseorang yang mengalami mati otak secara hukum dinyatakan telah meninggal dunia. Mereka tidak memiliki peluang untuk pulih karena tubuh mereka tidak dapat bertahan hidup tanpa alat penunjang hidup.
Mungkin membingungkan ketika mengetahui bahwa seseorang mengalami mati otak, karena mesin penunjang kehidupan yang dipasangkan akan terus berdetak dan dada mereka masih tampak naik turun dengan setiap napas dari ventilator.
Namun, mereka tidak akan pernah sadar kembali atau mulai bernapas sendiri lagi. Kulit mereka mungkin terasa hangat dan orang yang mengalami mati otak mungkin tampak seperti sedang beristirahat.
Batang otak sendiri adalah bagian bawah otak yang terhubung ke sumsum tulang belakang, yakni bagian dari sistem saraf pusat di tulang belakang.
Batang otak bertanggung jawab untuk mengatur sebagian besar fungsi otomatis tubuh yang sangat penting bagi kehidupan, termasuk pernapasan, detak jantung, tekanan darah, dan menelan.
Batang otak juga menyampaikan informasi dari otak ke seluruh tubuh, sehingga memainkan peran penting dalam fungsi inti otak, seperti kesadaran, kewaspadaan, dan gerakan. Setelah mati otak, seseorang tidak mungkin tetap sadar.
Penyebab mati otak
Mati otak dapat terjadi apabila suplai darah atau oksigen ke otak terhenti. Hal ini bisa disebabkan oleh:
- henti jantung, ketika jantung berhenti berdetak dan otak kekurangan oksigen,
- serangan jantung, ketika suplai darah ke jantung tiba-tiba terhambat,
- stroke, ketika suplai darah ke otak tersumbat atau terganggu, dan
- pembekuan darah, penyumbatan dalam pembuluh darah yang mengganggu atau menghalangi aliran darah ke seluruh tubuh.
Mati otak juga dapat disebabkan oleh cedera kepala yang parah, pendarahan otak, infeksi seperti ensefalitis, dan tumor otak.
Ada sejumlah tes yang biasanya dilakukan untuk memeriksa kematian otak, seperti menyinari kedua mata dengan senter untuk melihat apakah kedua mata bereaksi terhadap cahaya.
Diagnosis mati otak
Mengutip Very Well Health, diagnosis mati otak biasanya diberikan oleh ahli saraf yang melakukan pemeriksaan fisik ekstensif dan mendokumentasikan kriteria kematian otak.
Sedikitnya ada tiga kriteria yang harus dipenuhi sebelum menyatakan mati otak, di antaranya:
- tidak tanggap,
- tidak ada refleks,
- apnea atau ketidakmampuan bernapas tanpa ventilator).
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk menentukan tingkat responsivitas. Jika pemeriksaan menunjukkan kurangnya daya tanggap, pemeriksaan fisik akan dilanjutkan untuk memeriksa refleks tertentu.
Seseorang yang mati otak tidak akan memiliki refleks batang otak. Sebagai contoh, seseorang dalam keadaan koma yang tidak mati otak akan berkedip atau menggerakkan kepalanya jika matanya teriritasi dengan sepotong bola kapas.
Orang yang mati otak tidak dapat berkedip, tersentak, atau mencoba menjauh jika dokter menyentuh matanya dengan sepotong kapas yang halus. Oleh karena itu, jika tidak ada refleks berkedip, itu menyiratkan bahwa batang otak tidak berfungsi dengan baik.
Donasi organ tubuh
Setelah mati otak, organ tubuh pasien dapat digunakan dalam transplantasi, yang sering kali dapat menyelamatkan nyawa orang lain.
Dalam kasus-kasus di mana orang yang meninggal dunia belum menyampaikan keinginannya dengan jelas, memutuskan apakah akan mendonasikan organ mereka dapat menjadi keputusan yang sulit bagi pasangan dan keluarga.