Ada banyak alasan kenapa Bali tak pernah membosankan meski sudah berulang-ulang ke Bali. Bukan cuma sekadar liburan, lebih dari itu, Bali menawarkan banyak keseimbangan untuk jiwa-jiwa yang lelah dan sejenak 'menghilang' dari dunia nyata.
Selain itu, Bali juga mengajarkan banyak kekayaan budaya yang nyatanya belum banyak disadari. Mungkin pernah didengar namun tak disadari apalagi dipahami dengan jelas.
Situasi Bali yang saat ini kerap dilanda berbagai informasi tak mengenakkan tentang para turis yang tak menghormati adat budaya Bali tentunya juga menjadi sebuah introspeksi diri untuk kembali ke akar, alam, manusia, dan juga yang pasti kepada Yang Maha Kuasa.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bali memang punya filosofi kuat tentang Tri Hita Karana, tiga unsur yang mencipta kesejahteraan jasmani dan rohani untuk mewujudkan hubungan yang harmonis antara seseorang dengan Tuhan, lingkungan kita dan kemanusiaan. Ini hubungan yang harmonis termasuk menjaga keseimbangan spiritual dan dunia fisik melalui mengambil kepemilikan dan tanggung jawab terhadap kehidupan, hubungan, masyarakat dan lingkungan.
Pada filosofi Tri Hita Karana, meningkatkan budaya Bali, alam dan warisan manusia, memastikannya tetap relevan dan tak lekang oleh waktu dari generasi ke generasi.
Terinspirasi dari hal tersembut, Jimbaran Puri dari Belmond Hotel yang masuk dalam salah satu jajaran hotel milik luxury grup LVMH mencoba memperkenalkannya dan menyentil khalayak luas tentang pentingnya sebuah sikap saling menghargai dan berbagi.
Menyambangi hotel yang terletak di kawasan Jimbaran ini bakal membuat banyak orang berpikir tentang upaya melestarikan alam. Betapa tidak, banyak bagian dari hotel ini dihias dengan berbagai barang daur ulang bahkan sampah plastik dari laut yang terbawa ke darat.
Ranting-ranting kayu yang berserakan di pantai Jimbaran dikumpulkan satu per satu dan dirangkai menjadi sebuah partisi pintu di restoran yang estetik.
"Ada juga patung yang dibuat dari sampah plastik yang terbawa dari laut, kami bekerjasama dengan para seniman lokal Bali yang punya kepedulian tinggi pada keberlanjutan," ungkap ucap Yudi Hidayah, head of Sales Jimbaran Puri.
Bukan cuma itu, dengan bangga, Yudi menjelaskan bahwa semua alas makan kain, serbet, dan juga seragam restoran dijahit oleh tangan terampil warga sekitar yang kehilangan pekerjaan lantaran pandemi covid-19 beberapa waktu lalu.
Indahnya pantai Jimbaran juga bakal memberikan sensasi sunset yang tak terlupakan. Saat itu, matahari terbenam tepat berada di tengah-tengah lautan. Temaram cahaya matahari yang perlahan turun ke peraduan dan bergantikan bulan terasa sangat pas dinikmati dari Puri Bar di pinggir pantai sambil menyesap cocktail yang dibuat dari berbagai minuman beralkohol lokal Bali, termasuk Iwak Arumery yang tengah populer.
Masyarakat Bali punya banyak cara untuk saling berbagi kepada sesama dan saling menghargai. Lewat Perjalanan untuk kembali ke Bali adalah lewat proses makan bersama ala Bali atau Megibung.
"Megibung adalah prosesi makan bersama orang Bali. Biasanya dilakukan dengan menggunakan daun pisang yang digelar lalu diletakkan lauk, nasi, sayur, dan lainnya,"
Agar lebih ekslusif, Megibung ala Jimbaran Puri disajikan untuk dua orang dengan menggunakan wadah kayu."
![]() villa Jimbaran Puri |
Aneka hidangan Bali pun disajikan dalam megibung. Garang asem be pasih, tuna sambal matah, udang bakar, be sampi menyatnyat, sate ayam, tumis tahu dan sayur, nasi kuning, dan sambal jadi hidangan yang mengenyangkan perut saat itu.
Yang spesial bukan cuma megibung di restoran. Siang itu, perjalanan dilanjutkan dengan megibung bersama Raja Klungkung Ida Dalem Semara Putra di kediamannya, Puri Agung Klungkung yang bersejarah.
Dalam sejarah Bali, dikenal dengan 9 Kerajaan yaitu Klungkung, Buleleng, Karangasem, Mengwi, Badung, Tabanan, Gianyar, Bangli dan Jembrana.
Kerajaan kecil ini mengembangkan dinasti mereka sendiri, membangun Puri mereka sendiri (komplek istana Bali) dan mendirikan pemerintahan sendiri. itu keturunan kasta tinggi dan kepala keluarga kerajaan ini masih memerintah hingga saat ini hari dalam kapasitas seremonial.
Bisa bersantap siang dengan pemimpin puri dari 9 kerajaan di Bali bukan kesempatan yang sembarangan dan bisa didapat banyak orang. Setelah berganti kebaya Bali lengkap dengan kainnya, ada perasaan kaku dan canggung untuk berhadapan dengan sang raja, yang dipanggil Ida Dalem.
"Selamat datang di Puri Klungkung," sapaan Ida Dalem yang diikuti senyum membuat rasa kaku pun hilang seketika.
Titelnya yang membuat banyak orang sungkan nyatanya berbeda terbalik dengan kepribadiannya yang ramah dan mudah akrab. Dia pun melanjutkan sejarah dan silsilah Raja-raja Klungkung melalui foto yang dipasang di tembok purinya.
Dengan antusias dia menceritakan kehidupan masyarakat Bali di Klungkung, sejarah Klungkung dan hal lainnya sambil makan siang bersama. Dia pun tak segan memuji aneka makanan yang disajikan yang disebutnya cocok dengan seleranya.
Dalam perjalanan ini, selain Raja Klungkung, penerus kerajaan Karangasem, Dewandra Djelantik yang banyak bercerita tentang pesona Karangasem.
Sebuah pengalaman tak terlupakan untuk bisa ngobrol bahkan makan bersama di satu meja dengan para anggota keluarga kerajaan Bali untuk belajar lebih banyak soal kehidupan masyarakat Bali dan juga sejarahnya.
![]() Taman Soekasada Ujung |