ANALISIS

Anak TK Kecil-kecil Diwisuda, Salah atau Sah-sah Saja?

Tiara Sutari | CNN Indonesia
Selasa, 20 Jun 2023 20:00 WIB
Tak cuma menghilangkan kesan spesial dan sakral sebuah wisuda, konsep wisuda untuk siswa TK hingga SMA pun dinilai bisa berpengaruh terhadap cara berpikir anak.
Ilustrasi. Konsep wisuda untuk siswa TK hingga SMA dinilai berpengaruh terhadap cara berpikir anak. (istockphoto/Erdark)

Hal yang sama juga diungkapkan oleh psikolog pendidikan di lembaga psikologi Kancilku, Bernandette Cindy Leo.

Menurut dia, pada dasarnya jenis pelepasan atau perpisahan sekolah bisa menjadi bentuk apresiasi untuk anak yang telah menamatkan sekolahnya dan bersiap untuk jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

"[Pelepasan/perpisahan siswa sekolah] sebagai bentuk apresiasi bagi para siswa karena telah berhasil menyelesaikan masa studi per jenjangnya," ujar Bernandette pada CNNIndonesia.com, Senin (19/6).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun demikian, penggunaan istilah 'wisuda' yang notabene lebih sakral dirasa kurang tepat. Perayaan serba mewah juga sebenarnya tak perlu dilakukan.

Bernandette mengatakan bahwa istilah 'wisuda' bisa diganti dengan kata yang lebih mudah dipahami anak. Misalnya dengan apresiasi belajar, perayaan kelulusan, atau mungkin acara perpisahan dalam bentuk yang lebih sederhana.

"Gunakan kata-kata sederhana yang tidak membingungkan anak. Niatnya, kan, untuk apresiasi, bukan membuat anak ikut-ikutan saja," kata dia.

Prosesi wisuda-wisudaan ini juga dinilai terlalu mewah untuk anak. Hal ini akan berpengaruh terhadap pembangunan karakter anak kelak.

Bernandette mengatakan, bukan tak mungkin jika kelak anak jadi tak bisa menghargai apresiasi-apresiasi dalam bentuk yang sederhana.

"Jika sejak kecil anak sudah diperkenalkan dengan apresiasi harus mewah, efeknya jadi tidak bisa menghargai hal-hal kecil," ujarnya.

Adorable Hispanic schoolgirl smiles while delight as she reads a picture book while standing in the school library.Ilustrasi. Istilah 'wisuda' untuk siswa TK dirasa kurang cocok. (iStockphoto/SDI Productions)

Kebiasaan mewah seperti prosesi wisuda-wisudaan sebagaimana yang digelar di banyak sekolah formal sekarang disebut bisa memengaruhi cara berpikir anak ke depan.

"Memang tidak semua anak [bisa terpengaruh], kita tidak bisa menyamaratakan anak. Tapi memang [perubahan pola pikir] bisa terjadi," ujar Bernandette.

Sesuatu yang sederhana, dirasa Bernandette, lebih cocok diterapkan jika tujuannya adalah memberikan apresiasi pada anak.

Kesederhanaan juga disebut bisa membangun karakter anak. Dengan kesederhanaan ini, anak akan berpikir bahwa setiap proses yang dijalani akan membawa hasil memuaskan.

"Perayaan ini tidak harus mewah. Kesederhanaan juga bisa diapresiasi dan menjadi kenangan berharga bagi si anak," ujar Bernandette.

Tak semua sekolah wisuda

Saat sekolah-sekolah lain sibuk menyiapkan wisuda, SD Negeri Pakulonan 01, Serpong Utara, Tangerang Selatan justru memilih setia dengan istilah 'pelepasan'. Kegiatan itu juga hanya digelar di lingkungan sekolah dengan upacara adat Sunda, menggunakan seni tari lengser. Lakonnya pun para siswa di sekolah tersebut.

Salah satu guru mata pelajaran olahraga di sekolah tersebut, Iska Dita Harina mengatakan, sesuai dengan anjuran dari kepala sekolah memang tidak boleh menggelar wisuda. Apalagi jika acara wisuda sampai memberatkan orang tua siswa.

"Kami salah satu sekolah yang tidak mengadakan wisuda, hanya seremonial pelepasan saja sesuai dengan yang tercantum dalam kurikulum merdeka belajar," kata Dita.

Sebagai tenaga pendidik, Dita berpendapat bahwa wisuda adalah hal yang sakral karena menandakan kemampuan seseorang menyelesaikan pendidikan formal di jenjang yang lebih tinggi. Jika prosesi wisuda ini terus dilakukan di semua jenjang pendidikan, maka hal yang seharusnya dinanti-nanti jadi kurang spesial.

"Kesannya malah jadi biasa saja. SD, kan, baru step awal, cukuplah dengan pelepasan, bukan wisuda," katanya.

(asr/asr)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER