Bunga ternyata bisa jadi media pemulihan diri dari emosi dan masalah psikologis lainnya. Terapi bach flower menawarkan pemulihan atau penyeimbangan emosional dengan bantuan racikan bunga.
Lebih dari seabad lalu, Edward Bach, seorang dokter berkebangsaan Inggris, memperkenalkan sistem penyeimbangan emosi menggunakan bunga. Kini sistem ini dikenal di berbagai belahan dunia termasuk Indonesia. Menurut praktisi bach flower Askarina Daniswari, bach flower di Indonesia pertama kali diperkenalkan mendiang Reza Gunawan.
"Di Indonesia ada 12 praktisi. Sebetulnya yang membawa [terapi ini ke Indonesia] itu mendiang mas Reza Gunawan. Tapi memang beliau tidak mempromosikan bach flower, jadi lebih fokus ke terapi lain," kata Askarina saat ditemui di sela konferensi pers Plaza Indonesia Wellness Festival 2023 di Plaza Indonesia, Selasa (20/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bach flower, lanjut perempuan yang akrab disapa Karin ini, merupakan sebutan untuk sistem penyeimbangan emosi. Pengalaman Bach menangani pasien membuatnya menemukan koneksi antara gejala atau kondisi fisik dan emosi seseorang.
Total ada sebanyak 38 bunga yang merepresentasikan semua emosi manusia. Namun emosi manusia begitu berlapis. Karin memberikan contoh ada racikan bunga khusus untuk mereka yang sulit berkata 'Tidak'.
Di permukaan, seseorang sulit mengatakan 'Tidak' tapi sebenarnya ada begitu banyak persoalan berikut emosi yang terbilang kompleks sehingga membuat seseorang memilih menurut dan terus berkata 'Ya'.
"Kalau dipaksa bersyukur [misal] kalau hati tidak mau, ya enggak bisa. Sekompleks itu manusia," imbuhnya.
Apakah terapi bach flower terbukti secara ilmiah memulihkan seseorang?
Riset ilmiah terkait efektivitas bach flower memberikan hasil beragam. Sebagian mampu memberikan bukti bahwa bach flower berdampak dan efektif, sedangkan sebagian lain sebaliknya.
Sebuah riset yang diterbitkan di Complementary Therapies in Clinical Practice (2007) menemukan sebagian besar partisipan merasakan dampak positif secara emosional setelah menggunakan terapi bach flower.
Sementara itu hasil berbeda ditemukan dalam tinjauan yang diterbitkan di BMC Complement Altern Medicine (2009). Dari enam laporan yang ditinjau, bach flower memang terbukti aman. Namun analisis terhadap empat percobaan terkontrol untuk kecemasan dan ADHD mengindikasikan tidak ada bukti manfaat dibanding intervensi plasebo (kontrol).
Kendati demikian, Karin menyebut terapi bach flower tidak bisa jadi alternatif pemulihan. Terapi ini sifatnya pelengkap dari terapi medis atau psikologis yang sedang berjalan.
Di Indonesia, esensi bunga untuk bach flower tidak dijual luas. Esensi bunga diproduksi di Inggris dan dijual dalam berbagai jenama. Di negara-negara luar, esensi bunga bisa ditemukan di toko-toko obat.
Kemudian pada praktiknya, penggunaan bunga tidak seperti penggunaan obat. Anda akan terlebih dahulu berkonsultasi dengan praktisi bach flower, baru bisa diketahui racikan bunga yang cocok. Racikan esensi bunga pun diminum sebanyak beberapa tetes sesuai anjuran.
"Dalam satu racikan boleh ada tujuh bunga. Tapi bukan berarti semakin banyak bunga, semakin banyak masalah," katanya.
(els/chs)