Alasan Kamu Makan Tapi Tak Kenyang-kenyang: Efek Obesitas Pada Otak

CNN Indonesia
Selasa, 11 Jul 2023 10:00 WIB
Obesitas tak cuma berdampak pada penampilan, tapi ada juga efek obesitas pada otak.( Istockphoto/Fertnig)
Jakarta, CNN Indonesia --

Obesitas tak cuma berdampak pada penampilan, tapi ada juga efek obesitas pada otak.

Sebuah studi baru menemukan bahwa obesitas dapat merusak kemampuan otak untuk mengenali sensasi kenyang dan puas setelah makan lemak dan gula.

Parahnya, perubahan di otak tersebut masih akan bertahan bahkan setelah orang yang dianggap obesitas secara medis kehilangan berat badan yang signifikan. Hal ini mungkin bisa jadi alasan mengapa banyak orang sering mendapatkan kembali berat badan yang hilang.

"Tidak ada tanda-tanda reversibilitas - otak orang dengan obesitas terus kekurangan respons kimiawi yang memberi tahu tubuh, 'Oke, Anda makan cukup,'" kata Caroline Apovian, seorang dokter dan profesor kedokteran di Harvard Medical School dan codirector dari Center for Weight Management and Wellness di Brigham and Women's Hospital di Boston.

Seperti yang didefinisikan secara medis, orang dengan obesitas memiliki indeks massa tubuh, atau BMI, lebih dari 30, sedangkan berat badan normal adalah BMI antara 18 dan 25.

"Penelitian ini menangkap mengapa obesitas adalah penyakit- ada perubahan nyata pada otak," kata Apovian, yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut soal efek obesitas pada otak.

Studi yang diterbitkan Senindi Metabolisme Alam, adalah uji klinis terkontrol di mana 30 orang dianggap obesitas secara medis dan 30 orang dengan berat badan normal diberi gula karbohidrat (glukosa), lemak (lipid) atau air (sebagai kontrol). Setiap kelompok nutrisi diumpankan langsung ke lambung melalui tabung pengisi pada hari yang berbeda.

"Kami ingin melewati (bypass) mulut dan fokus pada koneksi usus-otak, untuk melihat bagaimana nutrisi memengaruhi otak secara independen dari melihat, mencium, atau mencicipi makanan," kata penulis studi utama Mireille Serlie, profesor endokrinologi di Yale School of Medicine di New Haven, Connecticut dikutip dari CNN.

Malam sebelum pengujian soal efek obesitas pada otak, 60 peserta studi diberikan makanan yang sama untuk makan malam di rumah dan tidak makan lagi sampai selang makanan dipasang keesokan paginya. Saat gula atau lemak masuk ke perut melalui tabung, peneliti menggunakan pencitraan resonansi magnetik fungsional (fMRI) dan tomografi terkomputasi emisi foton tunggal (SPECT) untuk menangkap respons otak selama 30 menit.

"MRI menunjukkan di mana neuron di otak menggunakan oksigen sebagai reaksi terhadap nutrisi - bagian otak itu menyala," kata Farooqi.

"Pemindaian lainnya mengukur dopamin, hormon yang merupakan bagian dari sistem penghargaan, yang merupakan sinyal untuk menemukan sesuatu yang menyenangkan, bermanfaat dan memotivasi, lalu menginginkan hal itu."

Para peneliti tertarik pada bagaimana lemak dan glukosa secara individual memicu berbagai area otak yang terhubung dengan aspek makanan yang bermanfaat.Mereka ingin tahu apakah itu akan berbeda pada orang dengan obesitas dibandingkan dengan berat badan normal.

"Kami sangat tertarik dengan striatum, bagian otak yang terlibat dalam motivasi untuk benar-benar pergi mencari makanan dan memakannya," kata Serlie.

Terkubur jauh di dalam otak, striatum juga berperan dalam pembentukan emosi dan kebiasaan.



Pada orang dengan berat badan normal, penelitian ini menemukan bahwa sinyal otak di striatum melambat ketika gula atau lemak dimasukkan ke dalam sistem pencernaan - bukti bahwa otak mengenali bahwa tubuh telah diberi makan.

"Penurunan aktivitas otak secara keseluruhan ini masuk akal karena begitu makanan masuk ke perut Anda, Anda sudah kenyang dan tak perlu makanan lagi," jelas Serlie.

Itu adalah efek obesitas pada otak yang harus diwaspadai agar tak merusak tubuh. 

(chs)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK