Studi: BAB Cuma 3 Hari Sekali Tingkatkan Risiko Penurunan Kognitif

CNN Indonesia
Selasa, 01 Agu 2023 06:00 WIB
Sebuah studi terbaru menemukan sembelit kronis dikaitkan dengan meningkatnya risiko penurunan kognitif.
Ilustrasi. Studi terbaru menemukan buang air besar hanya tiga hari sekali dikaitkan dengan risiko penurunann kognitif. (iStockphoto/KittisakJirasittichai)
Jakarta, CNN Indonesia --

Dalam penelitian pertama untuk melihat dampak sembelit pada otak yang menua, para ilmuwan telah menemukan beberapa kaitan yang mengkhawatirkan.

Sebuah studi yang dipresentasikan dalam Konferensi InternasioCNNnal Asosiasi Alzheimer di Amsterdam, Rabu (19/7), sembelit kronis, yang didefinisikan oleh penulis sebagai buang air besar hanya setiap tiga hari atau lebih, telah dikaitkan dengan risiko penurunan kognitif subjektif 73 persen lebih tinggi.

"Penelitian kami memberikan bukti pertama dari jenisnya yang memeriksa spektrum frekuensi buang air besar yang luas," kata Dr. Chaoran Ma, penulis pertama penelitian dan asisten profesor di departemen nutrisi di University of Massachusetts Amherst, melalui email, dilansir dari CNN.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami terkejut betapa kuatnya asosiasi tersebut, terutama bagi mereka yang jarang buang air besar."

Mengutip National Library of Medicine, sekitar 16 persen populasi orang dewasa di seluruh dunia mengalami konstipasi, tetapi lebih sering terjadi pada orang dewasa yang lebih tua. Hal itu karena faktor yang berkaitan dengan usia seperti kurangnya olahraga dan serat makanan, serta penggunaan obat-obatan yang dapat menyebabkan konstipasi sebagai efek samping.

Sembelit kronis telah dikaitkan dengan peradangan dan gangguan mental seperti kecemasan dan depresi, tetapi ada banyak pertanyaan yang belum terjawab tentang hubungan antara kesehatan pencernaan dan fungsi kognitif jangka panjang.

Fungsi kognitif mengacu pada kapasitas mental seseorang untuk belajar, berpikir, penalaran, pemecahan masalah, pengambilan keputusan, mengingat, dan memperhatikan.

Untuk menemukan petunjuk atas pertanyaan ini, penulis menilai lebih dari 112.000 orang dewasa yang telah berpartisipasi dalam Studi Kesehatan Perawat, Studi Kesehatan Perawat II, dan Studi Tindak Lanjut Profesional Kesehatan. Dua studi pertama menyelidiki faktor risiko penyakit kronis utama di kalangan wanita di Amerika Utara, sedangkan studi terakhir melihat topik yang sama tetapi untuk pria.

Para penulis penelitian terbaru mengumpulkan data tentang frekuensi buang air besar peserta dari 2012 hingga 2013, penilaian fungsi kognitif peserta antara 2014 dan 2017, dan rincian tentang fungsi kognitif yang diukur secara obyektif oleh beberapa peserta antara 2014 dan 2018.

Para penulis menemukan dibandingkan dengan orang yang buang air besar sekali sehari, partisipan yang mengalami konstipasi memiliki kognisi yang jauh lebih buruk yang setara dengan tiga tahun lebih banyak penuaan kognitif kronologis. Peningkatan risiko juga ditemukan di antara mereka yang buang air besar lebih dari dua kali sehari, meskipun kemungkinan yang lebih tinggi ini kecil.

"Semakin banyak kita belajar tentang akses usus-otak, semakin kita memahami bahwa sangat penting untuk memastikan bahwa (mencegah atau mengatasi penurunan kognitif) adalah pendekatan sistem," kata Maria C. Carrillo, kepala ilmu pengetahuan dari Asosiasi Alzheimer, yang tidak terlibat dalam penelitian. "Otak tidak sepenuhnya terisolasi dari apa yang terjadi dalam aliran darah Anda."

Penelitian ini tidak "dirancang untuk menguji hubungan kausal antara buang air besar, mikrobioma usus, dan kesehatan kognitif, jadi kami tidak dapat dengan tegas menarik kesimpulan mengenai urutan kausal yang tepat yang mendasari hubungan ini," kata Ma.

Tetapi frekuensi buang air besar dan fungsi kognitif subyektif juga dikaitkan dengan mikrobioma usus peserta. Menukil Cleveland Clinic, di antara mereka yang jarang buang air besar dan fungsi kognitif yang lebih buruk, terjadi penipisan bakteri baik yang menghasilkan butirat, asam lemak yang mendukung penghalang usus yang mencegah bakteri dan mikroba lain memasuki aliran darah Anda.

Butirat juga secara signifikan membantu kesehatan pencernaan dengan menyediakan sumber energi utama untuk sel-sel usus besar. Itu dapat ditemukan dalam makanan berserat tinggi, suplemen serat, prebiotik dan produk susu penuh lemak - dimakan secukupnya - seperti mentega, keju, susu atau ghee. Ghee adalah mentega murni, dibuat dengan memisahkan lemak mentega murni dari padatan susu dan air dalam mentega.

Mereka yang buang air besar dua kali atau lebih per hari dan memiliki fungsi kognitif yang lebih buruk memiliki jumlah spesies yang lebih tinggi yang memicu peradangan dan terkait dengan dysbiosis, ketidakseimbangan mikroba usus yang terkait dengan penyakit.

Penelitian lain yang dipresentasikan pada konferensi yang sama memiliki temuan serupa. Dalam satu abstrak dari 140 orang dewasa paruh baya, memiliki tingkat bakteri usus neuroprotektif yang lebih rendah Butyricicoccus dan Ruminococcus dikaitkan dengan peningkatan tingkat biomarker penyakit Alzheimer.

"Mengenai kesehatan saraf dan pencernaan, makanan yang baik tidak hanya memberi makan otak kita, tetapi juga mendorong pergerakan usus yang sehat," kata Carrillo.

Makan cukup serat dari sayuran, buah-buahan, biji-bijian dan kacang-kacangan dapat mencegah sembelit. FDA merekomendasikan asupan serat total harus minimal 25 gram per hari. Dan cukup terhidrasi melunakkan feses sehingga Anda bisa mengeluarkannya tanpa mengejan.

Berolahraga setidaknya beberapa kali per minggu dan mengelola stres juga dapat membantu.

(pua/pua)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER