Indonesia Fashion Chamber (IFC) bakal memboyong 21 desainer dan jenama lokal ke gelaran Front Row Paris 2023. Gelaran diharapkan jadi penghubung antara pelaku mode lokal dan calon-calon pembeli mancanegara.
National Chairman IFC Ali Charisma menuturkan, Front Row Paris sudah menginjak tahun keempat sehingga diharapkan ada 'next step' dibanding tahun-tahun sebelumnya.
"Jadi ada hasil konkret, baik dari branding maupun marketing. Kami undang media dan buyer, ada dari Eropa, Kuwait, Italia, dan beberapa negara lain," kata Ali dalam konferensi pers di Galeri Indonesia Kaya, Grand Indonesia, Jakarta Pusat, Kamis (24/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam gelaran ini, IFC juga mengajak 8 desainer dan jenama modest wear yang tergabung dalam IN2MF (Indonesia International Modest Fashion Festival). Keberangkatan IN2MF didukung oleh Bank Indonesia (BI).
Direktur Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah BI Ita Rulina mengatakan, dukungan terhadap modest fashion jadi bagian dari pengembangan ekonomi syariah.
"Kami ingin gelaran dikenal dan dipromosikan di kancah dunia. Kalau kita berkutat di kolam yang sama, enggak mendobrak, kita cuma jadi raja di kandang sendiri. Perlu unjuk gigi ke global," ujar Ita dalam kesempatan serupa.
Beberapa desainer dan jenama memberikan bocoran koleksi yang akan diboyong ke panggung Front Row Paris 2023 di The Westin Paris - Vendome pada 2 September 2023 mendatang.
Salah satu yang mencuri perhatian adalah kehadiran desainer cilik, dua bersaudara Michelle Liu (14) dan Chatrine Liu (10), yang akan ikut unjuk gigi di Paris. Masing-masing mengusung koleksi dengan gaya berbeda.
Michelle mengambil inspirasi dari Kerajaan Sriwijaya. Dia menggunakan songket Palembang dengan motif berwarna emas.
"Nanti ada blazer, coat, dress, baju-baju ready to wear. Lalu pakai sequin sehingga menambah kemewahan rancangan," kata Michelle.
![]() |
Sementara itu, Chatrine mengambil inspirasi dari budaya Jepara. Jepara tak hanya terkenal lewat kerajinan ukiran, tapi juga tenun troso.
Tenun troso pun diolah jadi busana dengan kesan ceria dan semangat layaknya remaja masa kini.
Selain itu, Ivan Gunawan juga turut serta dalam gelaran sebagai desainer dan dukungan kosmetik lewat lini Ivan Gunawan Cosmetics.
"Saya enggak pakai wastra, tapi pakai motif yang berasal dari zaman kejayaan Majapahit. Baru kali ini saya bikin koleksi dan kainnya bikin sendiri," katanya.
Ada pula jenama Kami yang menggunakan kain endek dari Bali dengan warna-warna cerah agar lekat dengan nuansa musim semi dan musim panas.
Berbeda dengan jenama Kami, jenama Khanaan cenderung memadukan dua budaya atau lebih dalam satu busana sehingga muncul desain yang unik. Khanaan Shamlan, desainer dan pemilik jenama Khanaan, memadukan batik khas jenamanya dengan tenun dari Garut.
(els/asr)