Warga Parepare Buktikan Bahaya Memperbesar Penis Pakai Suntikan

CNN Indonesia
Sabtu, 09 Sep 2023 16:54 WIB
Dua warga Sulsel mengalami infeksi usai menyuntikkan cairan tertentu demi membesarkan ke alat kelaminnya. Simak kisahnya berikut.
Ilustrasi. Warga Sulsel mengalami infeksi usai menyuntikkan cairan ke alat kelaminnya. (iStockphoto/dragana991)
Makassar, CNN Indonesia --

Dua warga Parepare, Sulawesi Selatan, mengalami infeksi usai menyuntikkan cairan demi memperbesar alat kelamin mereka.

Berdasarkan informasi yang dihimpun, keduanya mendapat suntikan minyak kemiri.

Lantaran mengalami infeksi, mereka diangkut untuk menjalani perawatan di Rumah Sakit Ainun Parepare. Kini, satu orang sudah pulang. Satunya masih dalam perawatan. 

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Iya benar, sementara dalam perawatan," kata Dirut RS Ainun Parepare Mahyuddin Rasyid, dalam keterangannya, Sabtu (9/9).

Menurut Rasyid, tindakan pasien tersebut sangat berbahaya bagi tubuhnya. Sebab, dapat mengakibatkan reaksi infeksi yang menyebabkan gangguan fungsi.

"Tindakan penyuntikan benda asing ke dalam organ vital atau organ yang lain itu sebenarnya berbahaya. Karena dapat menyebabkan reaksi inflamasi, reaksi infeksi dan reaksi dengan jaringan sehingga dapat menyebabkan gangguan fungsi," jelasnya.

Rasyid menduga bahwa orang yang memberikan suntikan untuk memperbesar alat kelamin pasien tersebut, bukan orang-orang profesional pada bidangnya.

"Orang medis, saya rasa tidak akan melakukan hal seperti itu. Kalau [pasien] ini merahasiakan apa yang disuntikkan. Tapi, rata-rata sebelumnya ya memang itu (minyak kemiri)," ungkapnya.

Rasyid menuturkan bahwa dirinya telah beberapa kali menangani kasus sejenis. Menurutnya, para pasien merasa malu dan tidak mau terbuka saat diperiksa.

"Ada beberapa kasus yang saya tangani sebelumnya. Secara umumnya bervariasi, ada satu tahun, ada efeknya tiga tahun baru muncul. Ada yang cepat baru dua atau tiga bulan sudah muncul reaksinya," kisahnya.

"Mereka juga agak malu dan ada rasa penyesalan sehingga belum mau terbuka," pungkas dia.

Kepuasan rendah

Kasus di Parepare ini sejalan dengan hasil penelitian tim ahli urologi di King's College dan Institute of Psychiatry, Psychology, and Neuroscience, 2019.

Mereka meninjau 17 studi dengan data dari sebanyak 1.192 pria yang telah melakukan prosedur, baik bedah maupun nonbedah, untuk memperbesar alat kelamin.

Prosedur nonbedah termasuk suntik dan vakum. Sementara, intervensi bedah termasuk sayatan pada ligamen, cangkok jaringan, dan pembongkaran penis.

"[Studi] menemukan, secara keseluruhan hasil prosedur sangat kurang, dengan tingkat kepuasan rendah dan tinggi risiko komplikasi," tulis peneliti, dikutip dari The Independent.

Peneliti menyarankan para pria untuk melakukan konseling terstruktur ketimbang prosedur yang belum terbukti secara ilmiah itu.

Terlebih, prosedur pembesaran penis membutuhkan biaya tak sedikit. Dalam sekali prosedur, pasien di Inggris harus mengeluarkan biaya setidaknya 40 ribu poundsterling atau sekitar Rp748,5 juta berdasar kurs saat itu.

Berdasarkan studi pada 2017, peneliti mengungkap mereka yang menjalani prosedur pembesaran alat kelamin itu mengalami penile dysmorphia, yakni merasa memiliki ukuran yang kecil padahal sebenarnya berukuran normal.

(mir/arh)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER