Pertama, keberadaan taman-taman nasional yang letaknya ada di punggung utama Pegunungan Bukit Barisan yang dikenal sebagai 'Andes'-nya Sumatera.
Pegunungan ini menawarkan pemandangan yang indah nan melimpah berupa hutan-hutan, air terjun, gua, hingga danau-danau vulkanik kecil.
Kedua, keberadaannya merupakan blok hutan terpenting di Pulau Sumatera untuk konservasi aneka ragam hayati. Wilayah ini dinilai sebagai tempat berlindung iklim yang penting bagi berbagai spesies selama masa evolusi dan proses evolusi di masa depan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terakhir, ketiga taman nasional dalam situs warisan dunia ini adalah kawasan yang punya habitat beragam dan aneka ragam flora dan fauna. Secara total, ketiga taman tersebut mencakup lebih dari separuh keanekaragaman hayati di Sumatera.
Hutan dataran rendah yang ada di sana merupakan lokasi penting bagi konservasi biota yang terancam punah di Asia Tenggara.
Seperti dikutip dari whc.unesco.org, berdasarkan keputusan terakhir Komite Warisan Dunia UNESCO pada 4 Juni 2021, masih menempatkan Hutan Hujan Tropis Sumatra dalam status bahaya.
Menurut Komite Warisan Dunia UNESCO, ada empat ancaman atas eksistensi Hutan Hujan Tropis ini, yaitu pembangunan jalan, pertambangan, penebangan liar, hingga perambahan (penguasaan lahan konservasi secara tidak sah).
Di sisi lain, dalam laporan yang diterima UNESCO dari pemerintah Indonesia terkait capaian atas upaya konservasi Hutan Hujan Tropis Sumatra (2011-2022), disebutkan beberapa upaya telah dilakukan untuk mengatasi berbagai ancaman yang membuat status Hutan Hujan Tropis Sumatera berada dalam bahaya.
Salah satu progresnya adalah pertumbuhan populasi beberapa jenis fauna. Laporan tersebut mencatat pertumbuhan populasi Gajah Sumatera sebesar 3% dari tahun 2007-2017; lalu populasi Badak Sumatera sebesar 3% pada tahun 2020; dan 100 persen pertumbuhan Harimau Sumatera dari tahun 2010-2022.
(dhs/wiw)