HARI KONTRASEPSI SEDUNIA

Lika-Liku Memilih Kontrasepsi, Tak Cuma Soal Tunda Momongan

CNN Indonesia
Selasa, 26 Sep 2023 16:30 WIB
Ilustrasi. Berikut himpunan cerita orang-orang dalam memilih alat kontrasepsi. (iStockphoto/Menshalena)
Jakarta, CNN Indonesia --

Kontrasepsi kerap hanya dilihat sebagai cara untuk menunda punya momongan. Namun menghimpun cerita lika-liku mereka yang memilih kontrasepsi, rupanya ini juga soal lain.

Mulai dari merencanakan masa depan, berkaca dari kondisi diri sendiri, sampai menjaga ikatan dengan buah hati, banyak hal jadi pertimbangan.

Fitriyah (28), seorang pegawai swasta, bercerita ia dan suami sepakat untuk memiliki satu anak. Berkaca dari pengalaman ketiga kakak perempuannya, memiliki lebih dari satu anak cukup banyak menyita energi. Belum lagi biaya sekolah yang rasanya dari tahun ke tahun kian menjulang.

"Saya kerja, suami kerja. Kalau anak lebih dari satu, anak dititip ke mana? Kalau dititip ke daycare, biaya lagi," ujar Fitriyah saat berbincang dengan CNNIndonesia.com, Senin (25/9).

Bagaimana caranya jika ingin punya anak cukup satu? Melihat pengalaman sang kakak yang steril setelah kelahiran anak ke-6, Fitriyah ingin melakukan hal serupa.

Hanya saja, dokter kandungan tidak menyarankan untuk steril. Fitriyah sampai diminta untuk memikirkan lagi, sebab sang dokter tidak ingin nantinya ia menyesal.
Menurut dokter, kata Fitriyah, ia sama sekali tidak memiliki masalah pada rahim, kesehatan baik, dan usia masih terbilang muda yang mana saat itu masih 25 tahun.

"Saya sampaikan ke dokter, maunya punya anak satu aja. Lalu disarankan KB. Saya dijelaskan KB itu macam-macam. Akhirnya di antara semua KB, saya pakai IUD," katanya.

IUD dipasang usai persalinan caesar. Selain mencegah kehamilan, IUD bisa dilepas jika memang dia berubah pikiran atau muncul keinginan memiliki anak lagi.

"Sekarang sudah mau empat tahun KB. [Tapi] belum berubah pikiran sih," kata Fitriyah disusul tawa.

Berbeda dengan Innes (28), ia dan sang suami merencanakan momongan kedua. Dia berkata sang suami membebaskannya untuk menentukan kapan siap hamil lagi. Tak hanya itu, urusan kontrasepsi pun diserahkan padanya sebab mayoritas alat kontrasepsi memang ditujukan buat istri.

Setelah anak pertama lahir, dokter belum menyarankan untuk memasang alat kontrasepsi dan diminta untuk menunggu sampai lima bulan.

"Saya dan suami deg-degan juga pas lagi hubungan intim. Kami enggak tahu masa subur, tidak subur. Ya sudah, selesai nifas, saya ngomong ke suami buat pasang IUD," kata Innes dalam wawancara terpisah.

Ia berkonsultasi dengan bidan soal alat kontrasepsi. Saat membandingkan beberapa alat kontrasepsi, ia pun mantap menggunakan IUD satu bulan setelah masa nifas.

Buatnya, menunda memiliki momongan itu membangun ikatan dengan anak. Ia benar-benar ingin anak pertama mendapat perhatian penuh dari kedua orang tuanya dan nantinya dia siap punya adik.

"Lagi pula kalau terlalu dekat, saya merasa kesiapan mental ibu dan bapaknya belum ready sih, stressful. Rencananya mau kasih jarak empat tahun. Nanti kalau sudah tiga tahun, lepas IUD," imbuhnya.

Senyamannya istri

Ilustrasi. Kondom salah satu alat kontrasepsi yang banyak dipilih masyarakat Indonesia karena dinilai simpel. (Istockphoto/ PeopleImages)

Mayoritas alat kontrasepsi memang ditujukan pada istri. Namun pilihan berbeda diambil Pasha (32) dan sang istri. Keduanya sepakat agar Pasha yang menggunakan alat kontrasepsi yakni kondom.

Pasha dan sang istri saat itu sepakat untuk tidak langsung memiliki momongan setelah menikah. Kasus Covid-19 saat itu sedang tinggi dan ini bukan situasi ideal untuk memiliki anak.

Alat-alat kontrasepsi seperti pil KB, IUD, atau susuk dilihat sebagai alat yang benar-benar menunda kehamilan dalam jangka panjang. Pilihan pun jatuh pada kondom.

Selain itu, kondom dilihat sebagai alat kontrasepsi yang simpel, tanpa mengganggu hormon atau memasukkan benda asing ke dalam tubuh sang istri.

"Saya pikir itu yang paling aman buat kesehatan," kata Pasha via telepon pada Senin (29/9).

Di sisi lain, mayoritas kaum Adam berpendapat penggunaan kondom selama hubungan intim turut mempengaruhi kenikmatan bercinta. Hal ini memang tidak ditampik Pasha.

Menurutnya, memakai kondom saat bercinta memang terasa berbeda dibanding tidak pakai. Namun ia tidak menjadikan itu masalah.

"Rasanya aneh tapi enggak signifikan. Enggak jadi masalah," imbuhnya.

Seperti Pasha, Tama (31) juga menggunakan kondom tapi hanya di saat-saat tertentu seperti saat staycation atau liburan. Ia dan sang istri memang tidak menunda memiliki momongan.

Lihat Juga :

Sang istri, kata Tama, adalah anak tunggal sehingga ia tidak ingin anaknya kesepian sebab tidak memiliki saudara kandung. Keduanya sepakat untuk memberikan jarak setidaknya 2-3 tahun untuk momongan berikutnya.

"Sekarang seharusnya ada anak lagi nih, tapi belum," kata Tama diselingi tawa.

Cara mereka memberi jarak adalah dengan menggunakan metode kontrasepsi alami. Tama dan sang istri memanfaatkan aplikasi yang menunjukkan informasi masa subur.

Sejauh ini, metode yang mereka terapkan berhasil yakni berhubungan intim di luar masa subur atau di luar hari di mana peluang kehamilan tinggi (high chance).

Sebenarnya penggunaan alat kontrasepsi memang lebih aman dan praktis. Hanya saja, Tama mementingkan kondisi sang istri.

"Ada sih permintaan dari keluarga, kenapa enggak pasang KB. Lah badan dia [istri]. Dia enggak mau ya udah," katanya.

(els/pua)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK