Usai Hidup Berdampingan dengan Tikus, Paris Kini Diserbu Kutu Busuk
Setelah masyarakatnya diminta hidup berdampingan dengan tikus yang populasinya membludak, Kota Paris kini punya masalah baru yakni bencana kutu busuk yang merajalela.
Pemerintah Prancis telah berjanji untuk mengatasi "bencana" kutu busuk di Paris yang mengancam jelang penyelenggaraan event Olimpiade 2024.
Pengguna media sosial telah memublikasikan cuplikan serangga yang merayap di kereta berkecepatan tinggi dan metro Paris, serta sejumlah artikel online tentang kutu busuk di bioskop dan bahkan Bandara Charles de Gaulle.
Wakil Wali Kota Paris, Emmanuel Gregoire, menyadari ancaman yang nyata dari serbuan kutu busuk sehingga tidak seorang pun yang aman. Kondisi ini memunculkan risiko penduduknya bisa tertular kutu busuk di mana saja dan membawanya pulang.
"Negara harus segera membuat rencana tindakan untuk melawan momok ini karena Prancis sedang bersiap menyambut Olimpiade dan Paralimpiade pada tahun 2024," kata Gregoire dalam surat kepada Perdana Menteri Elisabeth Borne, pekan lalu, seperti dikutip dari Stuff.
Menteri Transportasi Prancis, Clement Beaune, mengatakan pada Jumat (29/9) bahwa dia akan duduk bersama operator transportasi pada minggu depan untuk melakukan tindakan lebih lanjut guna meyakinkan dan melindungi masyarakat dari laporan lonjakan jumlah parasit penghisap darah.
Tiga tahun yang lalu, Pemerintah Perancis meluncurkan kampanye anti-kutu busuk, yang mencakup situs web khusus dan hotline informasi, ketika jumlah serangga tersebut melonjak.
Seorang ahli dari badan kesehatan dan sanitasi nasional Perancis, Anses, mengatakan masalah ini adalah fenomena yang muncul di Perancis dan hampir di semua tempat di dunia.
"Hal ini terutama disebabkan oleh perpindahan orang, populasi yang bepergian, fakta bahwa orang-orang tinggal di akomodasi jangka pendek dan membawa kembali kutu busuk di koper atau koper mereka," kata Johanna Fite kepada CNN.
Dia menambahkan ada peningkatan jumlah kutu busuk karena kutu busuk semakin kebal terhadap insektisida. "Kami mengamati semakin banyak populasi kutu busuk yang resisten, sehingga tidak ada pengobatan ajaib untuk membasmi mereka," kata Fite.
Wabah kutu busuk ini ternyata sudah lebih dulu menyerang Inggris. Di Inggris, pengawas hama mengatakan lonjakan perjalanan pascapandemi telah menciptakan krisis kutu busuk dengan rata-rata tagihan sebesar 1.000 pound sterling untuk memberantas hama dari rumah dengan tiga kamar tidur.
Hugh Barrie, yang menjalankan Bed Bug Doctor di Bournemouth, mengatakan wabah tersebut telah menyebar ke Inggris: "Kami memiliki tiga van yang bekerja saat ini untuk merawat rumah-rumah dan kami hanya fokus di pantai selatan dari Brighton hingga Cornwall.
"Setelah pandemi, semua orang sangat ingin bepergian ke luar negeri dan kasus di Inggris meningkat dua kali lipat. Kami setiap hari menanganinya di rumah, apartemen, taman liburan, dan Airbnb," tuturnya.
"Mereka ada di mana-mana, bahkan di kereta dan pesawat. Ini adalah masalah besar di Inggris," imbuhnya.
Barrie mengatakan semprotan saja tidak cukup untuk membunuh kutu busuk, karena bahan kimia tersebut tidak akan menghancurkan telur kutu busuk. Untuk melakukan hal ini, timnya merawat rumah-rumah yang terinfeksi dengan pemanas industri untuk menaikkan suhu hingga 48 derajat selama dua hingga tiga jam.
(wiw)