Tekanan kerja barang kali jadi hal yang wajar dihadapi para pekerja. Tapi hati-hati, tekanan kerja yang terlampau berat berisiko membuat tubuh tak berdaya hingga memicu burnout.
Burnout sendiri pada dasarnya tak didefinisikan sebagai kondisi medis. Burnout adalah kondisi stres kronis yang menumpuk tak terkendali.
"Burnout adalah manifestasi dari stres kronis yang tidak tanggung-tanggung," ujar dokter yang mempelajari burnout di Mayo Clinic Lotte Dyrbye, mengutip New York Times.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga telah menggambarkan burnout sebagai sebuah fenomena di dunia kerja. Kondisi ini, sebut WHO, ditandai dengan perasaan lelah, sinis, dan berkurangnya efektivitas.
Sayangnya, burnout sering kali tak disadari. Padahal stres berlebih dalam menimbulkan efek kerusakan pada tubuh.
Saat stres, tubuh mengalami banyak perubahan. Misalnya saja peningkatan kadar hormon stres seperti kortisol, adrenalin, epinefrin, dan neropinefrin. Seiring berjalannya waktu, perubahan tersebut akan merugikan tubuh.
Untuk itu, Anda rasanya perlu mengenali beberapa tanda burnout yang perlu diwaspadai. Berikut mengutip WebMD.
Kerap merasa lelah padahal tak melakukan aktivitas fisik yang melelahkan? Bisa jadi Anda tengah mengalami burnout.
Dalam hal ini, lelah bisa terjadi dalam bentuk fisik dan psikis.
![]() |
Sikap sinis dan kurangnya minat terhadap pekerjaan juga menjadi salah satu gejala burnout. Sikap ini sering kali dipicu oleh rasa lelah luar biasa.
Selanjutnya adalah perasaan tak kompeten dalam pekerjaan. Hal ini bisa menyebabkan penurunan produktivitas.
Studi menunjukkan bahwa ketidakpuasan kerja adalah salah satu dari efek samping burnout. Dengan perasaan ini, Anda bisa jadi membangun perasaan benci terhadap pekerjaan yang dilakoni.
Burnout bisa mendorong seseorang jadi mudah tersinggung, utamanya pada rekan kerja. Jika tak diatasi, hal ini juga bisa memicu ledakan amarah.
Sulit berkonsentrasi juga jadi salah satu ciri-ciri burnout. Anda bisa saja merasa kewalahan hingga sulit berkonsentrasi dalam bekerja.
Beberapa penelitian menghubungkan burnout dengan insomnia. Wajar saja, insomnia bisa terjadi saat kepala sedang dipenuhi oleh banyak pikiran.
Tapi insomnia tak bisa dibiarkan. Kondisi ini bisa memicu masalah kesehatan lainnya seperti masalah kardiovaskular.
Lihat Juga :![]() HARI ALZHEIMER SEDUNIA Alasan Manusia Lebih Ingat Peristiwa Buruk daripada yang Menyenangkan |
Herbert Freudenberger, psikolog yang menemukan istilah burnout pada 1974 silam, menyebut bahwa sering sakit kepala jadi salah satu ciri fisik yang ditimbulkan.
Bukan rahasia lagi, masalah mental akan selalu berkaitan dengan masalah pencernaan.
Jika tekanan darah Anda tiba-tiba naik, maka bisa jadi itu dipicu oleh burnout. Selain itu, detak jantung juga bisa meningkat.
Ada banyak hal yang bisa jadi pemicu burnout. Namun, sebagian besar kasus burnout utamanya dipicu oleh tekanan kerja. Berikut beberapa faktor risiko di antaranya, mengutip Very Well Mind.
Yang berhubungan dengan pekerjaan:
- memiliki sedikit kendali atas pekerjaan,
- kurangnya pengakuan,
- ekspektasi pekerjaan yang terlalu menuntut,
- pekerjaan yang monoton,
- lingkungan yang kacau atau bertekanan tinggi.
![]() |
Yang berhubungan dengan gaya hidup:
- terlalu banyak bekerja tapi lupa bersantai,
- kurangnya relasi sosial dan dukungan,
- terlalu banyak tanggung jawab tanpa bantuan yang cukup,
- kurang tidur.
Yang berhubungan dengan kepribadian:
- kecenderungan perfeksionis,
- pandangan pesimistis terhadap diri sendiri dan dunia,
- perlu memegang kendali,
- berprestasi.
Jika Anda mengalami burnout, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengatasinya. Misalnya, bicarakan masalah pekerjaan dengan atasan.
Selain itu, Anda juga disarankan untuk beristirahat secara teratur dengan melakukan praktik meditasi dan relaksasi. Mengambil cuti dan rehat sejenak juga patut dipertimbangkan.
(asr/asr)