Petugas kepolisian menangkap seorang turis di Museum Israel di Kota Yerusalem, karena dicurigai melakukan "perusakan yang disengaja" terhadap patung-patung berharga di sana, pada Kamis (5/10).
Turis Amerika tersebut ditangkap usai melempar dua koleksi patung Romawi abad kedua ke lantai hingga rusak. Aksi vandalisme itu membuat keamanan koleksi di Museum Israel pun dipertanyakan.
Seperti dikutip dari CNN, Jumat (6/10), muncul kekhawatiran akan serangan yang meningkat terhadap warisan budaya di Yerusalem usai kejadian ini. Padahal, karya seni di museum harganya tidak ternilai.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Polisi melakukan identifikasi terhadap tersangka yang merupakan seorang turis Yahudi asal Amerika berusia 40 tahun. Pada pemeriksaan awal, tersangka menghancurkan patung-patung itu karena ia menganggap bahwa menyembah berhala merupakan hal yang bertentangan dengan Taurat.
Namun, pengacara tersangka, Nick Kaufman membantah alasan fanatisme agama tersebut. Sebaliknya, Kaufman mengatakan bahwa tersangka menderita gangguan mental yang disebut sindrom Yerusalem.
Kondisi ini disebut suatu bentuk disorientasi yang diyakini disebabkan oleh daya tarik agama di kota tersebut yang dianggap suci bagi tiga agama (Kristen, Yahudi, dan Islam) yang membuat peziarah asing percaya bahwa mereka merupakan tokoh-tokoh dalam Alkitab.
Terdakwa kemudian diminta untuk menjalani evaluasi kejiwaan. Sementara itu, pihak berwenang tidak mengungkapkan nama tersangka karena diperintah untuk tidak mengungkapnya ke publik.
Ketika semangat beragama membara dan ketegangan meningkat selama musim liburan Yahudi. Tindakan seperti meludah dan penyerangan lainnya oleh orang Yahudi ultra-Ortodoks yang radikal kepada jamaah Kristen, terus meningkat.
Hal ini membuat wisatawan ketakutan sekaligus membuat umat Kristen setempat marah, serta memunculkan kecaman yang meluas.
Pihak Museum Israel yang terkemuka dengan pameran arkeologi, seni rupa, serta seni dan kehidupan Yahudi ini, menggambarkan kejadian ini sebagai peristiwa yang meresahkan dan tidak biasa. Museum Israel mengecam segala bentuk kekerasan dan berharap insiden ini tidak terulang kembali.
Foto-foto museum memperlihatkan kepada marmer Dewi Athena yang terjatuh dari alasnya ke lantai, juga patung Dewa Pagan yang hancur berkeping-keping.
Staf museum mengungkapkan bahwa patung-patung rusak tersebut sedang diperbaiki, tetapi menolak mengungkapkan nilai patung dan harga kerugiannya.
Pemerintah Israel menyatakan kekhawatirannya atas perusakan tersebut, yang oleh para pejabat juga dikaitkan dengan ikonoklasme Yahudi sebagai bentuk kepatuhan terhadap larangan awal terhadap penyembahan berhala.
"Ini adalah kasus penghancuran nilai-nilai budaya yang mengejutkan," kata direktur Otoritas Barang Antik Israel, Eli Escusido.
"Kami prihatin melihat fakta bahwa nilai-nilai budaya dirusak oleh kelompok ekstremis yang bermotif agama," tambahnya.
Vandalisme ini tampaknya merupakan bentuk baru dalam serangkaian serangan yang dilakukan orang Yahudi terhadap benda bersejarah di Yerusalem.
Sebelumnya, pada Februari, seorang turis Yahudi Amerika merusak patung Yesus di sebuah tempat ziarah Kristen di Kota Tua. Selain itu, pada Januari, remaja Yahudi melakukan perusakan batu nisan Kristen yang bersejarah di pemakaman terkemuka di Yerusalem.
Pada Jumat (6/10) pagi, sekitar 16 jam setelah perusakan museum, pintu Museum Israel kembali dibuka untuk umum pada waktu yang dijadwalkan.
(dhs/wiw)