Geopark Maros Pangkep adalah salah satu dari 10 Geopark di Indonesia yang masuk dalam daftar UNESCO Global Geopark. Geopark ini terletak di sebelah utara pelabuhan Makassar, Sulawesi Selatan.
Geopark ini pernah hampir rusak karena adanya aktivitas tambang dan pabrik semen di sekitar kawasan, sampai adanya kampanye akar rumput yang mengubah kondisinya dan mulai dikelola menjadi kawasan ekowisata.
Keindahan Maros Pangkep nampak dari menara dan puncak batu kapur yang menjulang tinggi, yang puncaknya memiliki hutan hujan dan air terjun yang mengalir deras.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Karst itu, sangat penting bagi kami. Kami menyebutnya Gunung Suci karena kami percaya roh nenek moyang kami tinggal di sana," kata Nasrul sambil menunjuk salah satu formasi batuan terbesar kepada SCMP.
Nasrul adalah satu yang mengambil peran dalam kampanye tersebut. Ia mengelola wisma kecil bernama 'Rumah Nasrul' di lantai dua rumah orang tuanya.
Ia menyewakan empat kamar di sana, berikut fasilitas makanan untuk pengunjung yang datang.
Nasrul mengaku sempat dijanjikan pekerjaan oleh para perusahaan tambang. Tergiur untuk setuju, karena tidak paham akan dampak penambangan.
Seiring dengan pendidikan yang didapatkannya, ia memahami bahwa alam bukan untuk dihancurkan dan dijual, tetapi juga untuk generasi mendatang.
Ia kemudian bergabung dengan Youth River Community, kelompok yang menghubungi politisi, LSM, dan menyebar kesadaran melalui media sosial.
Mereka pun mulai memikirkan bagaimana bisa menghasilkan uang tanpa menambang karst, hingga menemukan solusi ekowisata.
"Jika Anda merusak alam, Anda tidak punya apa-apa lagi. Tapi jika Anda melakukan ekowisata, Anda bisa menjaga alam dan mendapat uang," tambahnya.
Pihak berwenang, kata dia, masih didesak untuk menghentikan penambangan di sana selamanya. Hal ini untuk mencegah UNESCO mencabut status Global Geopark-nya.
"Pariwisata jauh lebih baik daripada pertambangan," kata Nasrul.
Menurutnya, masyarakat lokal bisa bekerja sebagai supir perahu, pemandu wisata, atau membuka homestay seperti miliknya.
Masyarakat yang tidak bekerja di bidang pariwisata dan hanya mengandalkan alam untuk bertahan hidup bisa memancing, mencari makan di hutan untuk bertahan hidup karena tidak tertutup debu tambang.
"Saya berharap kedepannya akan semakin banyak orang yang datang ke sini dan menyebarkan kesadaran tentang pentingnya menjaga karst," tambah Nasrul.
![]() |
Berikut adalah linimasa perjalanan Geopark Global Maros Pangkep.
1. 2005
Pemerintah Kabupaten Maros memberi izin kepada belasan perusahaan tambang untuk mengekstraksi marmer Sulawesi, berupa batu yang terkenal akan corak dan warna yang diminati orang dari seluruh dunia.
2. 2013
Kampanye membuahkan hasil ketika pemerintah Maros mencabut berbagai izin pertambangan dan mengeluarkan moratorium lokasi tambang baru.
Kawasan ekowisata Maros Pangkep mempekerjakan 200 penduduk di bidang konservasi, pendidikan, pertanian organik, dan pengembangan masakan lokal.
4. 2017
Geopark Maros Pangkep diresmikan oleh pemerintah pusat di Jakarta dan proposal telah diajukan ke Unesco untuk status Global Geopark.
5. 2019
Jumlah pengunjung mencapai puncaknya sebesar 50.000 per tahun, menurut Badan Pusat Statistik (BPS). Pariwisata sempat terhenti selama pandemi, tetapi kini kembali bangkit, dengan sekitar 2.000 orang.
6. 2022
Pada September 2022, Maros Pangkep diresmikan sebagai Geopark Global UNESCO (UGG) dan menjadi salah satu dari 195 situs Geopark Global UNESCO yang tersebar di 48 negara saat ini.
(dhs/pua)