Dalam pembuatannya, Danjyo Hiyoji menggandeng perajin Tengku Nurliyana Habsjah untuk memproduksi kain batik khas Mukomuko tersebut. Hanya saja waktu yang sempit membuat mereka harus puas untuk mengolah kain batik cap, bukan tulis.
Dalam waktu 1,5 bulan pengerjaan, keduanya menghadirkan delapan look busana.
Buat label ini, mengolah batik Mukomuko bukan cuma soal kolaborasi, lebih dari itu, niat terbesar adalah memperkenalkan buatan tangan para perajin di Kabupaten Mukomuko, Bengkulu melalui batik khasnya yang mencerminkan kekayaan alam dan budaya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Batik Mukomuko dibuat dengan motif ikon-ikon kabupaten Mukomuko. Mulai dari pohon palem yang berayun di sepanjang pantai hingga ikan dan kerang yang menjadi bahan dasar untuk makanan tradisional, sampai rumah adatnya yang dikenal sebagai Putri Beni Alam. Semua motif ini dipadukan dengan ikon utama Bengkulu, bunga Rafflesia.
"Bahkan di helai kainnya ada juga wadah sirih, lambang tradisi Sekapur Sirih yang menandakan adat istiadat yang tak lekang oleh waktu dari masyarakat Mukomuko," kata dia.
Palet warna pada koleksi ini kata Danjyou juga menampilkan warna-warna alam yg dinamis. Semua warna ini melambangkan kehidupan masyarakat di sana.
Mulai dari warna biru, cokelat, orange hingga hijau. Semua warna ini mencerminkan langit, bumi, dan lanskap yang mendefinisikan wilayah yang memesona dari Mukomuko.
(tst/chs)