Jakarta, CNN Indonesia --
Rumah sakit di China kebanjiran anak-anak yang jatuh sakit karena wabah pneumonia tiba-tiba muncul di seluruh negeri.
Hal ini diungkap dalam laporan dari ProMed, sebuah sistem pengawasan yang memantau wabah penyakit pada manusia dan hewan di seluruh dunia mengeluarkan pemberitahuan soal laporan epidemi "pneumonia yang tidak terdiagnosis" pada anak-anak di China.
Sebelumnya, laporan dari ProMed jugalah yang menginformasikan soal virus misterius pada Desember 2019 yang akhirnya dikenal sebagai Covid-19.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdasarkan laporan dari media Taiwan FTV News, dikutip dari Telegraph, bahwa rumah sakit di ibu kota Beijing dan Liaoning mengalami kesulitan karena dibanjiri anak-anak yang harus dirawat karena sakit pneumonia misterius.
"Banyak sekali yang dirawat di rumah sakit," kata Wei, seorang warga Beijing.
"Mereka tidak batuk dan tidak menunjukkan gejala. Mereka hanya mengalami suhu tinggi (demam) dan banyak yang mengalami bintil paru."
Dalam catatan editornya, ProMed mengatakan:
"Laporan ini menunjukkan merebaknya wabah penyakit pernapasan yang tidak terdiagnosis secara luas... Sama sekali tidak jelas kapan wabah ini dimulai karena tidak biasa jika begitu banyak anak-anak terkena penyakit ini dalam waktu yang begitu cepat.Laporan tersebut tidak mengatakan bahwa ada orang dewasa yang terkena dampaknya, dan menunjukkan adanya paparan di sekolah."
Peringatan tersebut menambahkan bahwa informasi yang lebih pasti diperlukan untuk menentukan penyebab dan cakupannya.
Pneumonia berjalan
Para ahli menduga, wabah ini mungkin terkait dengan Mycoplasma pneumoniae, yang juga dikenal sebagai "pneumonia berjalan." Penyakit ini juga yang dilaporkan melonjak ketika China memasuki musim dingin pertamanya tanpa menerapkan lockdown ketat terhadap Covid-19.
Gejala pneumonia berjalan - yang umumnya menyerang anak kecil dengan gejala meliputi sakit tenggorokan, kelelahan, dan batuk berkepanjangan. Gejala ini dapat berlangsung selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan.
Dalam kasus yang parah, penyakit ini pada akhirnya dapat memburuk menjadi pneumonia.
Bulan lalu, media lokal melaporkan bahwa rumah sakit di seluruh negeri mengalami peningkatan infeksi, dengan kelompok kasus sering kali muncul di sekolah dan taman kanak-kanak.
"Ini adalah gelombang pertama infeksi Mycoplasma pneumoniae sejak sebagian besar tindakan pengendalian Covid-19 dicabut pada awal tahun ini," Zhou Huixia, direktur pusat medis anak-anak di Pusat Medis Ketujuh Rumah Sakit Umum PLA Tiongkok.
"Gelombang ini tampak sangat ganas sejak libur Hari Nasional pada awal Oktober," katanya.
"Dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, kami menemukan lebih banyak pasien dengan infeksi campuran, resistensi obat, dan pneumonia lobar."
Dia menambahkan bahwa gelombang infeksi yang "intens" diperkirakan akan mencapai puncaknya pada bulan November, dan mungkin bertepatan dengan peningkatan penyakit pernapasan menular lainnya. Dia juga mengungkapkan bahwa saat itu angka penyakit ini dapat ditekan dengan lockdown.
Lonjakan Mycoplasma pneumoniae baru-baru ini juga telah menimbulkan kekhawatiran mengenai meningkatnya resistensi antibiotik.
Sebuah penelitian pada Februari 2022 menemukan bahwa resistensi makrolida teridentifikasi pada lebih dari 80 persen Mycoplasma pneumoniae yang ditemukan pada anak-anak yang dirawat di rumah sakit karena bakteri tersebut di China.
Namun para ahli di Tiongkok menekankan bahwa hingga saat ini, sangat sedikit anak yang meninggal karena "pneumonia berjalan".
"Ada sejumlah pasien yang mengalami kasus parah, namun sangat sedikit kasus kritis, dan sejauh ini tidak ada kematian terkait," Hua Shaodong, dokter anak di Rumah Sakit Anak Beijing, mengatakan kepada China Daily.
"Rata-rata hari di rumah sakit untuk pasien rawat inap adalah sekitar tujuh hingga 14 hari."