SURAT DARI RANTAU

Menyusuri Jalan al-Mu'iz di Kairo, Bagai Berada di Museum Terbuka

Silvani Yuzarni | CNN Indonesia
Minggu, 26 Nov 2023 16:00 WIB
Tulisan ini soal sisi lain Kota Kairo, tepatnya al-Mu'iz Street atau Jalan al-Mu'iz. Menyusuri Jalan al-Mu'iz yang menyimpan sejarah lintas peradaban Islam.
Al-Mu’iz Street atau Jalan al-Mu’iz di jantung kota Kairo, Mesir. Menyusurinya bagai sedang berada di sebuah museum terbuka. (Arsip Pribadi Silvani Yuzarni)

Awalnya anak-anak heran melihat model sekolah yang sederhana seperti itu. Mungkin mereka membayangkan sekolah dengan ruangan tertutup berisi deretan meja kursi dan papan tulis. Heran berganti kagum setelah kami menjelaskan bahwa dari madrasah-madrasah sederhana inilah para ulama Islam lahir, dari madrasah yang sederhana seperti ini peradaban Islam dulu pernah mencapai puncak kejayaannya.

Sebenarnya para pengunjung diizinkan untuk naik ke atas kubah dengan bayaran tambahan, tapi kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan. Kami memasuki kubah dan makam Al-Malik Ash-sholih Najmuddin Ayyub, sultan ke-7 dari Dinasti Ayyubiyah, dan ksatria Islam terbaik di Mesir setelah kakeknya, Sholahuddin Al-Ayyuby. Di sekelilingnya terdapat beberapa madrasah, seperti Madrasah Kamiliyah, Madrasah Sultan Al-Dzahir Barquq, dan Madrasah Sultan Asyraf Barsibay.

Di kanan kiri jalan Mu'izz berjejer kafe dan khan (toko) yang menjual beragam suvenir khas Mesir. Sebelum ke situs selanjutnya, kami singgah sebentar di toko penjual jus. Jus buah di Kairo memang juara citarasanya. Buahnya premium, campuran air dan tambahan gulanya pas, tidak kebanyakan, tidak pula terlalu sedikit. Mangga, semangka, dan delima menjadi pilihan favorit sepanjang musim panas, jeruk dan stroberi baru muncul di musim dingin, sementara 'ashob (tebu) tersedia sepanjang tahun. Siapapun yang pernah datang ke Cairo pasti merindukan jus buahnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setelah itu kami menuju masjid dan sabil Sulaiman Agha Silahdar. Sabil adalah bangunan yang diwakafkan untuk menyediakan air minum gratis bagi masyarakat khususnya para pengembara. Sabil adalah salah satu tradisi penting dalam sejarah umat Islam. Dimulai sejak Abad Pertengahan, para sultan dan orang-orang kaya berlomba-lomba untuk membangun sabil di jalan-jalan, dan tempat umum lainnya.

Bangunan Sabil Sulaiman Agha dibangun dengan gaya arsitektur Islam masa Dinasti Utsmaniyah, terdiri dari masjid dan kuttab (sekolah mengaji) untuk anak-anak yatim di kala itu. Dan yang menarik, kami sempat turun ke gudang air yang bertempat di lantai bawah. Tangga menuju khazan (gudang) cukup tinggi dan curam. Ruangan ini sangat luas hingga konon katanya bisa memuat air sebanyak 300 juta meter kubik, yang bisa mencukupi kebutuhan air masyarakat sekitar selama enam bulan saat musim kemarau melanda.

Menjelang waktu maghrib, kami menuju Masjid Al-Hakim di penghujung jalan Mu'iz. Masjid peninggalan Dinasti Fathimiyah ini adalah yang terbesar sepanjang jalan Mu'iz. Seperti masjid-masjid besar lain pada umumnya di Kairo, di tengah masjid didesain terbuka beratapkan langit. Lalu ada bangunan kecil di tengahnya yang dulu berfungsi sebagai tempat wudhu. Ada dua mihrab terbuat dari kayu terletak di sisi utara masjid. Nuansa hijau dari karpet dan tirainya menambah nilai estetika pada masjid.

Semakin sore semakin ramai orang yang berkunjung. Terlihat beberapa turis dari Eropa memasuki masjid. Begitu pula pengunjung asal Iran dan India. Masjid ini merupakan tempat suci dan bersejarah bagi kaum Syi'ah sehingga menjadi destinasi wisata rohani para penganut Syi'ah dari penjuru dunia.

Sebentar lagi azan Maghrib akan berkumandang. Sambil menunggu azan, orang-orang duduk-duduk bercengkrama di pelataran tengah masjid, anak-anak berlarian mengejar sekumpulan burung-burung yang singgah di teras masjid. Sejurus kemudian, lampu-lampu masjid mulai dihidupkan, azan pun dikumandangkan. Temaram kuning cahaya lampu seketika berpadu dengan hijaunya tirai dan sajadah. Indah sekali.

Perjalanan kami hari ini menyusuri jalan Muiz diakhiri dengan syahdunya solat Maghrib berjama'ah di masjid Al-Hakim. Anak-anak mulai mengeluh lapar. Sudah saatnya kami pulang. Aroma ayam krispi dari restoran Baba Abduh di seberang Bab Al-Futuh begitu menggoda selera, tapi sepertinya semangkuk syurbah lisan 'asfour hangat lebih cocok untuk malam yang mulai terasa dingin ini.

(wiw)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER