Virus corona penyebab Covid-19 tak pernah berhenti bermutasi. Kini, muncul lagi subvarian Omicron anyar yang disebut dengan JN.1.
Subvarian terbaru ini telah dilaporkan di 12 negara, termasuk di antaranya Inggris, Amerika Serikat, Islandia, Portugal, Spanyol, dan masih banyak lagi.
Mengutip Medscape, subvarian satu ini pertama kali terdeteksi di Amerika Serikat pada September lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada dasarnya, JN.1 merupakan turunan dari SARS-CoV-2 varian Omicron. Hingga saat ini, Omicon masih mendominasi penularan Covid-19 di seluruh dunia.
Namun selain itu, para ahli juga percaya bahwa JN.1 memiliki 'garis keturunan' dari subvarian Omicron sebelumnya, BA.2.86 atau yang disebut sebagai Pirola.
Hal ini menimbulkan kekhawatiran sendiri. Pasalnya, Pirola sendiri dikenal sangat berbeda dari subvarian Omicron lainnya.
"JN.1 adalah anak dari Pirola," ujar peneliti dari New York Institute of Technlogy, AS Rajendram Rajnarayanan.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC)AS khawatir bahwa virus ini bisa lebih menular dibandingkan subvarian sebelumnya. Penularan bahkan diprediksi tetap bisa terjadi pada orang yang telah memiliki kekebalan alami, baik dari infeksi sebelumnya maupun vaksinasi lengkap.
Menurut Rajnarayanan, mutasi membuat Pirola dan keturunan-keturunannya akan sangat mengkhawatirkan. Mutasi pada protein, lanjut dia, membuatnya lebih mudah mengikat dan menginfeksi.
![]() |
Belum diketahui dengan pasti gejala apa saja yang timbul dari subvarian satu ini. Namun, para ahli percaya bahwa gejala tak akan jauh berbeda dengan tanda Covid-19 lainnya seperti berikut:
- demam,
- batuk,
- kelelahan,
- pilek.
Selain itu, para ahli juga percaya bahwa JN.1 juga bisa menyebabkan diare dan sakit kepala. Dalam beberapa mutasi terakhir, gejala diare tampaknya tak pernah lagi disorot.
Sayangnya, gejalanya yang mirip dengan flu biasa sering kali membuat orang terkecoh hingga virus pun tersebar. Untuk itu, Anda disarankan untuk melakukan tes swab jika mengalami gejala-gejala di atas.