Ada juga Naila (21), perempuan muda asal Jawa Barat yang juga getol bicara soal kekerasan berbasis gender online (KGBO). Saking aktifnya, ia pernah terlibat dalam riset global kolaborasi anak muda dari sejumlah negara bertajuk Future Online terkait KGBO.
Mengutip hasil publikasi riset, ditemukan adanya berbagai faktor yang berkontribusi terhadap KGBO. Termasuk di antaranya norma budaya dan stereotip gender, perusahaan media sosial yang tak cukup dalam mengatasi masalah, hingga pandemi Covid-19.
Riset juga menemukan bahwa anak muda adalah agen perubahan yang kuat dan dapat dimobilisasi untuk menjadi pengamat aktif. Namun, mereka membutuhkan pendidikan, alat, dan dukungan yang kuat untuk melakukannya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sistem pendidikan dan perusahaan media sosial memiliki peran yang besar dan penting dalam membekali masyarakat untuk menjadi masyarakat aktif," tulis para peneliti dalam ringkasan hasil riset.
Naila bersama tim peneliti lainnya menyerukan agar pemerintah menghadirkan literasi digital yang komprehensif sebagai salah satu pendidikan. Mereka juga meminta perusahaan media sosial untuk menciptakan ruang daring yang lebih aman.
"Dinamika sosial media saat ini cukup rumit, dan menurut saya cukup rentan, karena banyak sekali yang belum memahami etika-tika baik dalam berinteraksi di dunia digital," ujar Naila pada CNNIndonesia.com.
Naila resah, hingga saat ini masalah KGBO belum bisa dituntaskan sampai ke akarnya. Akibatnya, masalah yang sama terus terjadi dan semakin sulit diatasi. Apalagi, lanjut dia, ruang digital adalah ruang yang tak memiliki batasan.
"Sangat disayangkan jika ini [KGBO] terus terjadi, karena akan ada lebih banyak korban yang terganggu secara psikis, sosial, bahkan ekonomi. Ini harus menjadi perhatian bagi kita semua," ujar Naila.
(asr/asr)