'Marriage Is Scary', Cerminan Perubahan Nilai yang Tak Melulu Negatif

CNN Indonesia
Kamis, 15 Agu 2024 18:15 WIB
Ilustrasi. Fenomena married is scary adalah cerminan perubahan zaman dan nilai-nilai yang berlaku di tengah masyarakat. (Istockphoto/franckreporter)
Jakarta, CNN Indonesia --

Married is scary. Istilah ini tengah ramai jadi sorotan dan diaminkan oleh sebagian besar pengguna media sosial.

Bagi Laras, istilah 'married is scary' memang benar adanya. Setelah tiga tahun menikah, dia kini resmi berstatus janda.

Katanya, jika diberi pilihan untuk kembali ke masa lalu, hal yang ingin diubahnya adalah keputusan untuk menerima lamaran mantan suaminya.

"Benar, memang menakutkan, kok. Bahkan sekarang aku tidak akan mau menikah lagi," kata Laras (29) bercerita kepada CNNIndonesia.com, Rabu (14/8).

Pernikahan memberinya trauma yang cukup besar. Mantan suaminya kerap berselingkuh untuk memuaskan hasrat pribadinya. Sudah punya istri, masih saja gemar main belakang.

Berbeda dengan Laras, Atin (37) memilih untuk tidak menikah. Baginya, pernikahan hanya akan menghalangi langkahnya melebarkan sayap dan menggapai mimpi-mimpi yang masih panjang.

"Aku tidak mau menikah. Apalagi banyak sekali cerita pernikahan yang kandas atau bahkan pernikahan yang tidak baik-baik saja. Lebih baik tidak daripada terjebak seumur hidup," kata Atin.

Kenyataannya, pernikahan memang bukan lagi tujuan utama sebagian besar masyarakat Indonesia. Bisa jadi, sebagian orang di usia menikah justru takut menjalani kehidupan pernikahan.

Tren 'marriage is scary' yang ada di media sosial saat ini juga banyak memperlihatkan berbagai hal menakutkan yang bisa dialami saat menikah. Mulai dari kekerasan dalam rumah tangga, mertua yang terlalu ikut campur, suami yang selingkuh, hingga suami yang tidak bisa memberikan nafkah.

Laporan Badan Pusat Statistik (BPS) juga menunjukkan tren pernikahan yang terus menurun selama tiga tahun belakangan. Penurunan paling drastis terjadi pada tahun 2023, di mana angka pernikahan menyusut hingga kurang 2 juta pasangan.

Pada tahun 2023, tercatat sebanyak 1.577.255 pernikahan. Angka ini menurun dari 1.705.348 pernikahan pada tahun 2022.

Tren penurunan ini terjadi di hampir semua wilayah. DKI Jakarta sendiri menjadi wilayah dengan angka penurunan tren pernikahan yang nyaris ada di level 4 ribu.

Bukan cuma tren

Ilustrasi. Tren 'marriage is scary' memperlihatkan cerminan perubahan zaman dan nilai-nilai di tengah masyarakat. (Istockphoto/anyaberkut)

Konsultan psikolog di Tabula Arnold Lukito mengatakan, fenomena married is scary adalah cerminan perubahan zaman dan nilai-nilai yang berlaku di tengah masyarakat. Tapi, bukan berarti ini jadi sesuatu yang negatif.

"Ini bisa jadi menunjukkan bahwa generasi saat ini memiliki kesadaran yang lebih tinggi tentang apa yang mereka inginkan dalam hidup," kata Arnold kepada CNNIndonesia.com, Rabu (15/8).

Menurutnya, setiap orang memiliki perjalanan yang berbeda. Pernikahan tidak bisa jadi acuan kesuksesan atau kebahagiaan hidup setiap orang.

Fenomena 'marriage is scary', menurut Arnold, muncul karena beberapa faktor. Kebanyakan berasal dari diri seseorang yang memang enggan menikah.

Pertama adalah luasnya akses informasi yang membuat anak muda saat ini lebih terbuka terhadap berbagai pandangan tentang pernikahan.

"Mereka tidak lagi terpaku pada satu model pernikahan yang dianggap benar," ujar Arnold.

Kedua adalah tekanan untuk berhasil yang semakin tinggi.

Kesuksesan dalam karier dan finansial kini semakin besar. Akibatnya, banyak orang merasa belum siap menikah sebelum mencapai tujuan-tujuan pribadi mereka.

Faktor lingkungan sosial juga turut berpengaruh terhadap tren ini. Misalnya, melihat banyak pasangan yang bercerai atau hubungan yang tidak harmonis. Hal-hal seperti ini, lanjut Arnold, bisa membuat anak muda jadi pesimistis memandang pernikahan.

Selanjutnya adalah perubahan nilai budaya yang memengaruhi pandangan banyak orang masa kini soal pernikahan.

Jika dulu pernikahan dianggap sebagai tujuan hidup utama, saat ini justru yang terjadi sebaliknya. Banyak yang menganggap pernikahan hanya sebagai salah satu pilihan hidup.

Ilustrasi. Ada banyak faktor yang memunculkan tren 'marriage is scary'. (iStockphoto/:chee gin tan)

Yang terakhir adalah ketakutan akan komitmen. Seperti yang diketahui, pernikahan adalah komitmen jangka panjang yang membutuhkan pengorbanan dan tanggung jawab.

Namun sekarang, menurut Arnold, banyak anak muda yang merasa takut kehilangan kebebasan, identitas diri, atau ruang pribadi jika menikah.

Arnold mengatakan, pernikahan bukan mainan, semua harus dipikirkan dengan matang. Tapi, bukan berarti 'marriage is scary' itu hal yang dibenarkan.

"Komunikasi adalah kunci. Terbuka komunikasi dengan pasangan dan keluarga bisa membantu ketakutan-ketakutan yang muncul saat hendak melakukan komitmen besar seperti menikah," kata dia.

(tst/asr)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK