Fenomena Bunuh Diri Mahasiswa Jadi Potret Kerentanan Mental Gen Z

CNN Indonesia
Kamis, 10 Okt 2024 09:15 WIB
Dalam waktu satu bulan ke belakang, tiga mahasiswa dilaporkan melakukan aksi bunuh diri. Hal ini menjadi potret rentannya mental generasi Z.
Ilustrasi. Fenomena bunuh diri pada mahasiswa dalam beberapa waktu terakhir jadi potret rentannya mental gen Z. (Istockphoto/ Slkoceva)
Jakarta, CNN Indonesia --

Fenomena kasus bunuh diri mahasiswa tengah menjadi sorotan. Dalam waktu satu bulan ke belakang, tercatat tiga mahasiswa mengakhiri nyawanya dengan loncat dari atas gedung.

Meski motif satu sama lain berbeda dan belum diketahui pasti, namun fenomena ini mengisyaratkan kerentanan mahasiswa--yang notabene merupakan generasi Z--terhadap kesehatan mental.

Psikolog klinis dari Klinik Anak dan Remaja Sajiva di RSJ Dharmawangsa Mira Amir membenarkan kerentanan masalah mental yang dialami gen Z.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Iya, karena secara mudah, generasi Z ini, kan, mereka tumbuh besar di masa pandemi yang lalu ya, di mana interaksi sosial mereka tidak sepenuhnya berkembang secara signifikan. Jadi sering kali ditemui hambatan pada mereka ketika harus berinteraksi secara intensif di ruang lingkup sosialnya," ujar Mira saat dihubungi CNNIndonesia.com, Rabu (9/10).

Saat social skill menurun dan harus lepas dari rumah untuk menghadapi kehidupan perkuliahan yang berbeda, lanjut Mira, mahasiswa gen Z akan mengalami syok dan tak tahu bagaimana cara menanganinya.

Hal ini juga membuat generasi Z sulit menemukan coping mechanism yang sehat saat mereka berada dalam tekanan atau menghadapi masalah.

"Faktornya, tuh, banyak banget. Hambatan komunikasi dengan lingkungan. Bingung mau ngomong sama siapa, ngurusnya bagaimana, bingung cara mengungkapkannya," ujar Mira.

Tak hanya itu, lingkungan keluarga juga berperan besar dalam meningkatkan kerentanan mental gen Z.

Mira menyoroti gen Z yang notabene memiliki orang tua di mana keduanya sibuk bekerja. Hal ini membuat interaksi keluarga menjadi renggang dan dukungan keluarga pun jadi dirasa nihil.

"Jadi [orang tua] tidak membantu proses tumbuh kembang gen Z, apalagi untuk perkembangan kematangan emosional, membimbing mereka dalam menemukan copying terhadap masalah," papar Mira.

Hal ini juga Mira dapati dalam praktik kesehariannya. Banyak orang tua pasiennya yang di luar terlihat positif dan merasa telah berkomunikasi baik dengan anak, tapi justru mendapatkan 'rapor merah' dalam sesi konseling.

Mira mengatakan perlunya evaluasi terhadap pola asuh yang dilakukan orang tua.

"Jadi yang perlu dilakukan adalah evaluasi orang tuanya, kesiapan untuk parenting-nya. Dengan kejadian bunuh diri ini, kita perlu evaluasi," pungkas Mira.

Disclaimer Kesehatan Mental - rev1

(pli/asr)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER