Menurut legenda Gunung Tidar, Syekh Subakir adalah penakluk Gunung Tidar yang berasal dari Turki dan datang ke sana bersama kawannya, Syekh Jangkung, untuk menyebarkan agama Islam.
Masyarakat percaya bahwa Syekh Subakir mengalahkan jin-jin penunggu gunung tersebut dan makamnya berada di Kebun Raya Gunung Tidar, Magelang.
Tiap tahunnya, banyak peziarah yang berkunjung untuk memperingati hari wafatnya Syekh tersebut. Melansir dari Portal Resmi Provinsi Jateng, haul atau tradisi peringatan tersebut berlangsung dengan kegiatan doa dan khataman di makam, dilanjut dengan pengajian.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tugu ini berada di puncak Gunung Tidar dan dipercaya berada tepat di titik tengah Pulau Jawa dan menjadi paku alam dari Pulau Jawa. Tugu setinggi sekitar dua meter ini berbentuk tugu segi empat.
Pada ketiga sisi tugu terdapat tulisan menggunakan aksara Jawa yang berbunyi "Sa", sedangkan satu sisi lainnya memiliki lambang burung garuda. Prasasti ini merupakan warisan dari Syekh Subakir saat ia menemukan Bukit Tidar di Magelang.
Makna tiga buah tulisan "Sa" ini bermakna "sapa salah saleh" (barang siapa yang bersalah akan ketahuan) dan juga bermakna "sapa sholat slamet" yang berarti "siapa yang menegakkan salat akan selamat).
Monumen ini merupakan monumental di Kebun Raya Gedung Tidar yang dibangun oleh Pemkot Magelang sebagai penanda bahwa kota tersebut pernah menjadi tuan rumah penyelenggaraan Hari Olahraga Nasional ke-34 pada 2017 lalu.
Monumen ini terletak di puncak Gunung Tidar dan di sana terdapat simbol pemersatu bangsa berupa kendi berisi tanah dan air yang diambil dari seluruh daerah di Nusantara.
Berada di sisi timur Gunung Tidar, destinasi ini merupakan salah satu yang menjadi favorit pengunjung. Dari gardu ini, kita bisa melihat matahari terbit jika cuaca sedang cerah. Gunung Merbabu dan Merapi juga bisa kita lihat dari titik Gardu Pandang Taman Elang Jawa
(aur/wiw)