Stroke jadi penyakit yang cukup menakutkan bagi siapa saja. Apalagi penyakit yang dulu identik dengan lansia ini kini justru banyak diidap anak muda.
Angka kasusnya tinggi membuat penyakit ini juga dikelilingi banyak mitos. Salah satunya adalah pengobatan stroke dengan metode tusuk jarum di telinga.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Konon, ketika seseorang mengalami stroke, penanganan darurat yang harus diberikan adalah menusuk jarum di bagian telinga pasien.
Cara ini dianggap ampuh karena stroke identik dengan penyumbatan pembuluh darah. Maka, menusuk bagian telinga bisa membuat peredaran darahnya kembali normal. Benarkah demikian?
Dokter spesialis saraf di Rumah Sakit Pondok Indah Bintaro Jaya Sahat Aritonang menegaskan cara yang dipaparkan di atasnya hanya lah sebuah mitos. Tak ada korelasi antara menusuk bagian telinga dengan memperlancar peredaran darah, utamanya pada pasien stroke.
"Memang banyak sekali mitos, salah satunya soal tusuk jarum di telinga. Darahnya supaya keluar katanya. Ini salah, ya, tidak benar sama sekali," kata Sahat dalam wawancara media yang digelar RSPI, Selasa (29/10).
Justru, kata dia, menusukkan jarum di bagian telinga saat pasien terserang stroke akan menghambat pengobatan. Stroke adalah penyakit yang berpacu dengan waktu.
Ketika seseorang terkena stroke, hal yang harus dilakukan adalah segera membawa pasien ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat.
Pasien harus segera mendapatkan perawatan di menit-menit awal terkena stroke. Menit-menit awal ini juga dikenal sebagai golden periode.
"Jika pasien harus ditusuk dulu pakai jarum, masa golden periode-nya akan hilang. Sulit bagi pasien untuk diobati optimal dan kembali normal," katanya.
(tst/asr)