Pub di Inggris Picu Kontroversi, Namai Bir dengan Tokoh Diktator Dunia
The Coach & Horses, sebuah pub di Inggris menuai kecaman karena penamaan bir mereka yang dianggap kurang ajar, dengan memakai nama-nama tokoh terkenal dunia. Meski begitu, pemiliknya bersikeras bahwa nama-nama itu hanya sekadar candaan.
Pub yang terletak di Billinghay, sebuah desa di Inggris tersebut dimiliki oleh Catherine Mitchell, istri dari Luke Mitchell, pemilik Mitchell Brewing Co., sebuah tempat pembuatan bir.
Mereka jugalah yang membuat bir "Osama Bin Lager" yang sempat viral dan terjual habis beberapa waktu lalu.
Di antara minuman-minuman yang tersedia di sana, selain "Osama Bin Lager", ada "Kim Jong Ale", serta sederet sari buah apel dengan nama-nama yang bermuatan seksual. Berkat nama nyeleneh itu, banyak orang tertawa melihat bir yang disajikan di The Coach & Horses.
Adapun, pub itu memiliki sekumpulan bir populer, yang dijuluki "The Dictator", melansir Fox News.
Tempat itu menyajikan bir-bir mereka dengan nama yang terinspirasi oleh nama para pemimpin dunia. Tak berhenti di "Osama Bin Lager" dan "Kim Jong Ale", di sana juga terdapat "Putin's Porter" dan "Saddam's Stout".
Luke Mitchell sang pemilik, mengatakan bahwa "The Dictator Range" adalah salah satu yang menarik minat banyak orang, seraya menambahkan "minuman 'Osama Bin Lager' adalah yang terlaris, tetapi 'Kim Jong Ale' adalah yang pertama kami buat."
Rangkaian produk tersebut seharusnya berakhir tahun lalu, tetapi terbukti sangat populer, sehingga mereka meneruskannya.
Sebagai gambaran, "Kim Jong Ale" dideskripsikan sebagai bir kuning yang "diseduh sebagai campuran hop bobber dan cascade, menghasilkan warna kuning yang indah dan sedikit rasa manis di lidah," berdasarkan tulisan dari situs web Mitchell Brewing Co..
Mereka juga menyediakan bir baru untuk menyambut natal, bernama "Santa's Ruby Cheeks", yang dideskripsikan sebagai "bir merah delima murni yang memiliki aroma penuh coklat dan aroma malt berasap".
Meski menuai kontroversi, terbukti nama-nama tersebut telah membantu meningkatkan profil tempat pembuatan bir tersebut, berdasarkan pernyataan Luke Mitchell.
"Jika kita dapat menggunakan nama-nama yang kontroversial untuk membantu dan membangun pabrik bir lebih tinggi, itu bagus," ucapnya.
Meski beberapa waktu lalu terdapat video TikTok viral tentang birnya (kini sudah dihapus) yang berisi rekaman seorang pelanggan menuduh pub itu melakukan seksisme, Mitchell bersikeras bahwa itu tidak benar, dan bahwa karyawan pun tersebutlah yang berhak memilih nama minuman.
"Sejujurnya, semua orang yang mencoba bir kami tampaknya menyukainya," ungkap Mitchell.
Ia menambahkan, "Hampir semua anggota staf adalah mantan militer dan mereka semua dapat memilih nama baru."
Mitchell juga membantah tuduhan orang-orang mengenai nama-nama sari apelnya berakar pada seksisme. "Meskipun kami dituduh seksis, pub tersebut (memiliki) pekerja yang (seluruhnya adalah) perempuan."
(aur/wiw)