Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (MenPPPA) Arifah Fauzi mengatakan, childfree dan keberadaan daycare di perkantoran tak bisa begitu saja dikaitkan. Diperlukan adanya penelitian lebih lanjut untuk mengetahui hubungan antara keduanya.
"Ini harus penelitian, kita enggak bisa hanya satu pendapat orang kita jadikan sebagai kesimpulan. Jadi harus dilakukan penelitian," kata Arifah ditemui di kawasan Tangerang, Banten, Senin (16/12).
Dia juga menyebut, membuat daycare tidak bisa sembarangan. Pasalnya, hal ini berhubungan dengan kehidupan anak dan masa depannya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jangan sampai tempat penitipan anak justru jadi tempat terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan karena kesalahan pengelolaan atau perizinan.
Kata Arifah, dalam membuat daycare perlu memperhatikan banyak hal, mulai dari modul yang disiapkan untuk anak-anak yang dititipkan, izin pembuatan, kurikulum, hingga pengasuh.
"Jadi memang banyak syarat yang harus dipenuhi, [membuat daycare di perkantoran] tidak bisa sembarangan. Harus teliti," kata Arifah.
Arifah juga berpesan pada orang tua yang menitipkan anaknya di daycare agar lebih teliti. Jangan sampai terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dan malah membahayakan sang buah hati.
"Sebelum ditaruh anaknya, teliti dengan seksama supaya tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan," katanya.
Ramainya pemberitaan soal daycare ini terjadi saat Kepala BKKBN/Menteri Kependudukan dan Pembangunan Nasional (Mendukbangga) Wihaji menyatakan salah satu penyebab tren childfree merebak di Indonesia karena sulitnya menyeimbangkan pekerjaan dengan tanggung jawab orang tua.
Maka itu, dia pun mengusulkan agar daycare berkualitas dibuat di setiap kantor. Dengan begitu, para perempuan tetap bisa berkarier dan menitipkan anak-anak mereka di daycare yang tersedia di kantor masing-masing.
(tst/asr)