Dibayangi Sederet Kecelakaan, Pesawat Masih Jadi Transportasi Teraman

CNN Indonesia
Selasa, 07 Jan 2025 12:30 WIB
Dua kecelakaan besar dunia penerbangan terjadi di penghujung tahun 2024 yakni jatuhnya pesawat Azerbaijan Airlines di Kazakhstan dan Jeju Air di Korea Selatan.
Kecelakaan pesawat Jeju Air di Bandara Internasional Muan, Korea Selatan. (REUTERS/YONHAP)

"Sepanjang tahun 2023, tidak ada satu pun kematian akibat kecelakaan jet komersial. Pada akhir 2024, industri penerbangan telah mengangkut 5 miliar penumpang di seluruh dunia. Hingga beberapa hari terakhir di ujung tahun, tahun 2024 siap mengulang rekor keselamatan tersebut," tutur Hassan.

Menurut penelitian dari Institut Teknologi Massachussetts (MIT), bepergian dengan menggunakan pesawat pada masa ini dinilai lebih aman daripada masa sebelumnya.

Pada periode 2018 hingga 2022, risiko kematian akibat perjalanan udara dihitung sebesar 1 per 13,7 juta penumpang yang naik pesawat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Angka tersebut turun dari 1 per 7,9 juta penumpang pada tahun 2008-2017 dan penurunan secara signifikan dari 1 per 350 ribu penumpang pada tahun 1968-1977. Perjalanan udara terbukti semakin aman dari waktu ke waktu.

Penelitian dari Embry-Riddle Aeronautical Academy menunjukkan bahwa hingga 80 persen kecelakaan penerbangan ialah disebabkan oleh kesalahan manusia. Kesalahan pilot diperkirakan menjadi penyebab 53 persen kecelakaan.

Sementara itu, kegagalan mekanisme pesawat dianggap sebagai penyebab dengan persentase 21 persen kasus.

Airbus sendiri mempelajari bagian mana dari penerbangan yang paling berbahaya, dan mengungkapkan bahwa kecelakaan paling mungkin terjadi pada saat pesawat lepas landas dan mendarat.

Kedua kecelakaan yang terjadi pada Desember lalu terjadi saat pendaratan pesawat, meskipun juga ada faktor lain yang berperan dalam menyebabkan kejadian nahas tersebut.

Dalam kecelakaan Jeju Air, misalnya, ada laporan tentang kerusakan mesin setelah menabrak burung, dan pesawat, karena alasan yang belum diketahui, tidak mengaktifkan roda pendaratan saat mendarat. Penyelidikan akan berlangsung lama dan rumit, dan mungkin perlu waktu sebelum kita memahami dengan pasti apa yang terjadi.

"Kecelakaan ini melibatkan banyak faktor, mulai dari tabrakan burung hingga pendaratan tanpa roda pendaratan dan penutup," Shahidi menuturkan. "Semua ini akan diselidiki secara menyeluruh, faktor-faktor yang berkontribusi akan ditentukan dan langkah-langkah akan diambil untuk memastikan hal ini tidak terjadi lagi," tambahnya.

(aur/wiw)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER