Dia pun menyarankan agar sekolah fokus pada pencegahan melalui pendidikan seks. Pendidikan sangat penting untuk memberikan pemahaman kepada siswa mengenai risiko kehamilan di usia muda, penularan penyakit kelamin, HIV, hingga kanker mulut rahim.
"Begini, kalau kamu sampai melakukan hubungan seks, bahayanya adalah kehamilan, penyakit kelamin, HIV, termasuk kanker mulut rahim bagi perempuan. Kalau hanya tes kehamilan, semua juga enggak akan ada yang positif kalau belum hamil," tuturnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia juga menyarankan agar sekolah mengintegrasikan pendidikan seks ke dalam kegiatan sehari-hari. Misalnya melalui guru BK, kegiatan keputrian, atau mengundang dokter dari puskesmas untuk memberikan edukasi langsung.
"Gurunya sendiri harus memberi edukasi. Cukup satu jam saja. Atau bisa mengundang dokter dari puskesmas. Kan, enggak susah. Tinggal sekolahnya mau atau tidak," kata dr. Boyke.
dr. Boyke juga menekankan pentingnya memanfaatkan teknologi, seperti video edukasi yang tersedia di media sosial untuk memberikan pemahaman kepada siswa. Menurutnya, konten-konten tersebut mudah diakses dan relevan dengan generasi muda saat ini.
Sebagai langkah preventif, dr. Boyke menekankan bahwa sekolah harus fokus pada edukasi dan diskusi tentang kesehatan reproduksi. Menurutnya, pendidikan seks bukan hanya mencegah pergaulan bebas, tetapi juga melindungi kesehatan reproduksi siswa dan mencegah dampak negatif hubungan seksual di usia dini.
"Tes kehamilan siswa itu enggak ada gunanya sama sekali," tegasnya. "Ide boleh, kreativitas boleh, tapi juga harus melihat efektivitas dan manfaatnya. Jauh lebih bagus melakukan pendidikan seks."