"Jika mereka mengalami serangan jantung dan meninggal, dan tidak ada yang dapat kami lakukan, dan kami tidak dapat memulai CPR, kami hanya akan menyimpan jenazah itu di tempatnya," ujar Marie.
Namun, anggota kru kabin lainnya juga menjelaskan bahwa hal ini tidak selalu terjadi. Jika sudah jelas bahwa seseorang mengalami keadaan darurat medis, maka mereka akan turun tangan membantu.
"Perlu diingat bahwa sebagian besar waktu, orang-orang yang meninggal tidak hanya jatuh dan meninggal di kursi mereka. Mereka pingsan, kami memberikan CPR, memanggil dokter," katanya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jika cukup serius, kami biasanya sudah dalam perjalanan mengalihkan rute ke bandara lain dan sebagian besar penumpang menyadari bahwa ada keadaan darurat medis di dalam pesawat," tambahnya.
Marie juga menjelaskan bahwa kru kabin akan terus berkomunikasi dengan dokter dari layanan darurat melalui kokpit mengenai instruksi seperti penanganan CPR.
Namun, jika penumpang meninggal dunia atau tidak dapat tertolong lagi, pramugari penerbangan jarak jauh mengatakan bahwa ada beberapa proses yang mesti dilakukan dalam penyimpanannya.
"Kami memiliki kantong mayat, dalam peralatan medis kami, jika memungkinkan, kami akan membungkus mayat di dalamnya, tetapi selalu membiarkan sekitar kepalanya terbuka, karena hanya bisa ditutup oleh dokter yang bertugas (artinya tidak boleh ditutup oleh siapa pun, bahkan penumpang yang kebetulan dokter," kata Marie.
(aur/wiw)