Media sosial sempat ramai dengan seorang wanita asal Jawa Tengah yang mengalami batuk hingga kehilangan suara. Hasil pemeriksaan menyebutkan bahwa kondisi tersebut dipicu oleh gastroesophageal reflux disease (GERD).
Mengutip detikHealth, dokter mendiagnosis wanita tersebut dengan disfonia. Kondisi ini membuatnya harus menjalani operasi pita suara.
Disfonia sendiri merupakan istilah medis dari kondisi umum yang dikenal dengan suara serak. Kondisi ini terbilang umum.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menukil laman Cleveland Clinic, disfonia terjadi saat suara terdengar kasar, parau, tegang, atau terengah-engah. Banyak hal yang bisa memicu suara serak, namun jarang menjadi tanda penyakit serius.
Sekitar 1 dari 3 orang di dunia pernah mengalami suara serak. Kondisi ini sering memengaruhi kelompok perokok.
Sebagian besar suara serak bakal hilang dengan sendirinya. Namun, Anda perlu berkonsultasi dengan dokter saat suara serak berlangsung lebih dari tiga pekan atau ada tanda-tanda lain yang menyertai seperti berikut:
- sakit saat bicara,
- sulit bernapas atau menelan,
- batuk darah,
- benjolan di leher,
- kehilangan suara.
GERD sendiri merupakan kondisi kronis yang membuat asam lambung kembali naik ke pencernaan atas atau kerongkongan.
GERD pada dasarnya memang kerap dikaitkan dengan suara serak dan perubahan suara. Namun, mengutip Healthline, refluks asam yang mencapai tenggorokan bisa menjadi bagian dari kondisi refluks laringofaring (LPR).
![]() |
GERD dan LPR sama-sama merupakan kondisi refluks asam lambung kronis. Kondisi ini disebabkan oleh katup esofagus yang melemah.
Namun pada LPR, asam lambung mengalir hingga kerongkongan, tenggorokan, melewati epiglotis (belakang lidah), dan masuk ke laring, tempat pita suara berada.
Penelitian tahun 2020 menemukan, asam lambung yang masuk ke dalam laring dapat merusak jaringan mukosa. Selain memicu radang tenggorokan, kondisi ini juga bisa memicu jaringan parut.
Sementara itu, kerusakan tambahan pada pita suara dapat terjadi melalui batuk sekunder yang menjadi respons alami tubuh terhadap iritasi di tenggorokan.
Disfonia lebih umum terjadi pada kasus LPR dibandingkan GERD. Selain disfonia, gejala LPR juga bisa meliputi berikut:
- sensasi tersedak,
- batuk kronis,
- penumpukan lendir,
- sakit tenggorokan,
- merasa seperti ada yang menyangkut di tenggorokan.
Jika tidak ditangani serius, refluks asam bisa memicu cedera berulang pada pita suara dan mengakibatkan jaringan parut permanen.
Jika tidak diobati, seseorang juga bisa mengalami:
- sariawan,
- infeksi berulang,
- radang tenggorokan kronis,
- batuk menerus,
- Barrett's esophagus,
- kanker.