HARI PREEKLAMSIA SEDUNIA

Bisa Dicegah, Deteksi Dini Preeklamsia Lewat Pemeriksaan Prenatal

CNN Indonesia
Kamis, 22 Mei 2025 11:15 WIB
Ibu, preeklamsia bisa dicegah. Selama kehamilan, sebaiknya lakukan pemeriksaan prenatal.
Ilustrasi. Deteksi dini preeklamsia agar kehamilan Anda bebas risiko dan komplikasi. (Getty Images/ Edwin Tan)

Dokter spesialis fetomaternal dari Women's Health Center Bethsaida Hopsital Reza Tigor Manurung menekankan bahwa diagnosis prenatal bukan semata untuk mencari masalah tetapi, untuk memberi waktu bagi orang tua dan dokter dalam membuat rencana terbaik.

"Diagnosis prenatal bukan hanya tentang mendeteksi masalah, tapi tentang memberi calon orang tua kesempatan untuk merencanakan yang terbaik bagi masa depan anak dan kesehatan ibu hamil," kata Reza dalam keterangan yang diterima CNNIndonesia.com, Senin (19/5).

Menurutnya, pemeriksaan prenatal bukan sekadar formalitas tapi, investasi nyata demi keselamatan dua nyawa yakni ibu dan bayi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

A premature Palestinian baby lies in an incubator at the maternity ward of Shifa Hospital, which according to health officials is about to shut down as it runs out of fuel and power, as the conflict between Israel and the Palestinian Islamist group Hamas continues, in Gaza City October 22, 2023. REUTERS/Mohammed Al-MasriIlustrasi. Deteksi dini preeklamsia dapat mencegah eklamsia. Jalan satu-satunya menyelamatkan ibu dan bayi dalam kondisi ini adalah dengan persalinan dini. (REUTERS/STRINGER)

Preeklamsia sendiri merupakan ancaman nyata yang dapat dicegah dan ditangani bila dideteksi sejak dini, salah satunya melalui pemeriksaan prenatal dan pemeriksaan rutin ke dokter.

Dengan pemeriksaan ini, kondisi preeklamsia dan kondisi kesehatan lainnya bisa dikenali sejak awal dan bisa dikelola secara medis. Hal ini termasuk dengan penggunaan obat penurun tekanan darah, bed rest, atau perencanaan persalinan dini yang aman.

Faktor risiko preeklamsia

Tidak semua ibu hamil memiliki risiko yang sama. Berbagai penelitian menyebut, risiko preeklamsia meningkat pada:

  • Ibu dengan riwayat preeklamsia sebelumnya
  • Kehamilan pertama
  • Ibu dengan usia di bawah 20 tahun atau di atas 35 tahun
  • Kehamilan kembar
  • Ibu dengan riwayat tekanan darah tinggi kronis, diabetes, atau gangguan ginjal
  • Ada riwayat keluarga yang mengalami preeklamsia

Jika Anda termasuk kelompok risiko, pemeriksaan prenatal tidak hanya penting, tapi esensial. Banyak calon orang tua beranggapan bahwa pemeriksaan prenatal hanya sebatas USG untuk melihat perkembangan janin.

"Padahal, prenatal care mencakup serangkaian pemeriksaan medis, konseling, hingga tes skrining dan diagnostik yang dapat mengungkap berbagai kondisi, termasuk preeklamsia dan kelainan janin," kata Reza.

Beberapa pemeriksaan penting meliputi,

  1. Tes tekanan darah dan urine rutin (setiap kontrol kehamilan);
  2. tes darah untuk melihat fungsi hati, ginjal, dan jumlah trombosit;
  3. Ultrasonografi (USG) Doppler untuk memeriksa aliran darah di plasenta;
  4. Non-Invasive Prenatal Testing (NIPT) untuk mendeteksi risiko kelainan kromosom; dan
  5. tes skrining trimester pertama dan kedua.

Tak hanya terjadi saat hamil

Perlu diketahui bahwa preeklamsia juga bisa terjadi setelah melahirkan yang dikenal sebagai postpartum preeclampsia. Gejalanya mirip, dan bisa muncul dalam beberapa hari hingga minggu setelah persalinan. Karena itu, pemeriksaan pasca-persalinan juga tak kalah penting.

Tanpa deteksi dan penanganan yang tepat, preeklamsia bisa menimbulkan risiko serius. Untuk ibu, bisa mengalami stroke, gangguan ginjal atau hati, gangguan pembekuan darah, hingga kematian.

Sementara untuk janin, akan mengalami pertumbuhan lambat (IUGR), prematuritas, gangguan pernapasan, hingga risiko kematian janin

"Langkah paling bijak yang bisa diambil oleh ibu hamil adalah tidak melewatkan satupun jadwal kontrol kehamilan," imbuh Reza.

(tis/els)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER