Tidak hanya mengganggu kenyamanan saat menstruasi, PMB juga bisa berdampak serius pada kesehatan jangka panjang. Berikut beberapa efek yang perlu diwaspadai.
Kehilangan darah berlebihan menurunkan kadar hemoglobin, menyebabkan kelelahan, pucat, dan sesak napas.
Rasa lemas, pusing, dan nyeri membuat penderita sulit fokus bekerja atau beraktivitas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Survei menunjukkan, 70 persen perempuan dengan PMB cenderung menarik diri dari kegiatan sosial, dan 42 persen bahkan pernah pingsan saat menstruasi.
Rasa malu, stres, dan cemas akibat kebocoran darah atau ketakutan berlebihan akan memperburuk kondisi emosional.
Jika terjadi saat hamil atau tidak ditangani sejak dini, PMB bisa meningkatkan risiko komplikasi seperti persalinan prematur atau pertumbuhan janin terhambat.
Menurut Kemal, pengobatan PMB sangat bergantung pada penyebabnya dan rencana reproduksi pasien.
Jika pasien tidak sedang merencanakan kehamilan, salah satu terapi yang direkomendasikan adalah penggunaan levonorgestrel-releasing intrauterine system (LNG-IUS).
"LNG-IUS bekerja dengan melepaskan hormon langsung ke rahim, menipiskan lapisan endometrium, dan secara signifikan mengurangi volume darah menstruasi," jelas Kemal.
Studi menunjukkan bahwa metode ini dapat mengurang volume darah hingga lebih dari 90 persen dalam waktu 6 bulan. Metode ini juga ditemukan lebih efektif dibanding pil kontrasepsi oral kombinasi.
"Menstruasi itu alami, tapi kalau sampai mengganggu hidup, itu sinyal untuk diperiksa," pungkas Kemal.
(tis/asr)